Etika
bisa kita pahami dalam dua makna. Pertama, etika sebagai pengetahuan.
Etika disini dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan-perbuatan tindak-tanduk manusia. Sedangkan
dalam konteks perusahaan etika bisa diartikan perbuatan atau way of corporate
yang dilakukan oleh semua entitas di perusahaan. Kedua, etika sebagai
label atau predikat. Seperti halnya ungkapan “Ia bersifat etis”. Hal
yang ‘bersifat etik’ merupakan predikat yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia tertentu dengan
hal-hal, atau manusia-manusia yang lain. Di dalam perusahaan, label bisa
digambarkan dalam bentuk kode etik yang distandarkan perusahaan.
Standar ini didasarkan dari nilai-nilai yang berkembang yang kemudian
dikumulatifkan dengan nilai-nilai tradisi dan budaya yang ada di
perusahaan.
Etika
sebagai ilmu pengetahuan dapat berarti penyelidikan mengenai
tanggapan-tanggapan kesusilaan, sedangkan etika sebagai ajaran
bersangkutan dengan membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan. Pembedaan
pemahaman ini sesungguhnya sama dengan pembedaan antara berbicara mengenai kesusilaan dengan berbicara menurut istilah-istilah kesusilaan. Dengan kata lain, dalam hal ini terdapat suatu ilmu pengetahuan yang murni deskriptif
dan ilmu pengetahuan yang tugasnya sekedar manggambarkan objeknya
secara cermat. Di dalam lingkup komunikasi krisis perusahaan, pemahaman
ini bisa etika dapat dibentuk dari pengalaman dan pengetahuan yang terus
berulang-ulang dan akhirnya terlembagakan setelah adanya kesepakatan
yang dicapai. Etikapun setelah itu dengan sendirinya menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari strategi komunikasi krisis. Tidak semua bentuk
etika bisa distandarkan, perlu penyelidikan dan pemahaman dan
penyinergian dalam penerapannya agar bisa menjadi landasan komunikasi
krisis yang komprehensif.
Paradigma Etika Perusahaan
Etika
dapat menjadi kaidah dasar sebagai acuan bertindak entitas semua elemen
yang ada dalam perusahaan. Dinamisasi perusahaan selalu melibatkan
internal dan eksternal perusahaan. Dalam prakteknya perusahaan akan
selalu berurusan dengan semua elemen yang ada, karyawan, pemegang saham,
konsumen, komunitas, stakeholder, dan lingkungan. Tidak menutup
kemungkinan suatu saat perusahaan pasti akan mengalami yang namanya
krisis. Jika perusahaan jeli, krisis malah akan menjadikan perusahaan
lebih mawas diri dan professional atau mungkin malah sebaliknya.
Perusahaan Prudential mengalami krisis etika dimana dalam praktek
komunikasi persuasif mereka bermasalah dengan etika agen mereka.
Konsekuensinya Prudential pun harus rela mengeluarkan dana sekitar 35
juta dollar (Scism, 1996). Kejadian ini tidak akan terjadi jika dari
awal Prudential menciptakan kode etik buat agen-agen mereka. Kasus
Prudential hanya salah satu contoh kasus-kasus yang berhubungan dengan
etika di perusahaan-perusahaan.
Sejujurnya
permasalahan etika sangat erat kaitannya dengan paradigma yang dibangun
perusahaan. Dalam sistem perekonomian modern (baca kapaitalistik),
perusahaan lebih banyak mengejar paradigma profit oriented.
Etika sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan perusahaan
(bisnis). Pandangan ini sama dengan yang diungkapkan Milton Friedman,
bahwa dalam masyarakat kapitalistik setiap orang mempunyai hak yang sama
untuk melakukan kegiatan usaha (free enterprise). Barangsiapa
yang berani melakukan kegiatan usaha, maka dia pun berhak mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin sebagai konsekuensi adanya resiko
keberaniannya. Bahkan Buchholz, menambahkan, perusahaan hanyalah bagian
dari economic system dan selebihnya bukan tanggung jawab perusahaan.
Faktanya,
perusahaan yang mengabaikan prinsip etika pun mengalami krisis yang
sangat kompleks efeknya. Ini sebagai bukti etika memiliki efek yang kuat
dalam keberlangsungan suatu perusahaan. Maka tidak mengherankan jika
Prudential pun segera mendirikan Enterprise Ethic Office (EEO) sebagai
jawaban permasalahan etika yang menghantam mereka. EEO Prudential tidak
hanya sebagai pusat etika. Namun, juga sebagai tempat komunikasi
dialogis semua elemen yang ada dalam membekali dan standarisasi etika
yang berlaku untuk semua elemen perusahaan. Pandangan business is business dalam
masyarakat era sekarang akan banyak mengalami tantangan. Etika tidak
hanya sebagai bagian kontingensi perusahaan dalam menghadapi krisis.
Sabagai bagian paradigma perusahaan, etika memiliki posisi yang sangat
strategis dalam membangun citra perusahaan. Efeknya memang tidak dalam
hitungan waktu. Butuh waktu yang relatif tidak sebentar untuk menjadikan
etika sebagai paradigma perusahaan. Karena etika sendiri juga
memerlukan konteks dan ruang yang dinamis. Sejalan dengan
keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Paradigma etika sendiri memang
tidak berkaitan langsung dalam kaitan profit. Tapi, fungsinya mampu meningkatkan profit
itu sendiri. Karena erat kaitannya dengan kode etik perusahaan,
profisionalitas, dan manajemen yang bertanggungjawab. Dengan kata lain
sangat erat sekali hubungannya dengan pencitraan perusahaan dalam ranah
internal maupun eksternal.
Etika Dalam Komunikasi Krisis
Komunikasi
krisis adalah segala daya upaya yang dengan melibatkan semua elemen
yang kompleks dalam menangani krisis yang terjadi. Krisis bisa terjadi
lantaran sesuatu yang tak terduga di luar rencana planning perusahaan.
Penanganan krisis pun tak serta merta dilakukan dengan reaksioner perlu
pengetahuan dan pemahaman yang menyeluruh mengenai krisis itu sendiri.
Dalam hal ini, etika menjadi esensi pemberlakuan berjalannya komunikasi
krisis. Etika sebagai ilmu pengetahuan memiliki karakteristik yang
hampir sama dalam menyikapi krisis. Karena etika sendiri lahir dari
kesepakatan-kesapakatan dalam lingkup komunikasi krisis yang dialogis.
Komunikasi krisis sendiri memerlukan landasan etika sebagai legitimasi
dalam mencari solusi yang benar-benar efektif dan solutif. Kasus
Prudential yang mengalami krisis etika agennya mengakui bahwa etika
menjadi kode etik semua agen Prudential ke depannya. EEO
bertanggungjawab penuh dalam hal ikhwal prosedur penanganan krisis yang
berlandaskan kode etik yang sudah di buat perusahaan.
Etika
dalam satu perusahaan jangan disamakan dengan etika dengan perusahaan
yang lain. Setiap perusahaan memiliki aturan kode etik yang berbeda.
Kalaupun sama hanya dalam ranah deskripsi etika secara umum. Etika
sendiri dalam lingkup komunikasi krisis merupakan salah satu bentuk
kontingensi krisis perusahaan. Adapun, jika krisis etika terjadi. Efek
yang ditimbulkan bisa sangat bahaya. Meskipun hal itu adalah sepele.
Imbasnya adalah citra perusahaan itu sendiri. Citra jatuh, kerugian yang
sangat besar. Opini publik banyak dibentuk dari citra yang dibentuk
perusahaan. Sedang dalam citra itu sendiri terkandung nilai-nilai etika
yang dibangun seluru entitas perusahaan.
Komunikasi
krisis menjadi akan sangat tidak solutif jika mengabaikan elemen etika.
Meskipun dalam perusahaan dewasa ini lebih mengedepankan laba-rugi
sebagai tolak ukur kesuksesan perusahaan. Sungguh tidak mungkin jika
mengesampingkan yang namanya etika. Paling tidak mereka memiliki etika
bisnis yang santun dalam berbisnis. Perusahaan tidak hanya dalam economic system
ia berada. Ia ada dalam sebuah sistem, ekonomi, sosial, politik, dan
budaya yang terus bergerak. Etika hanya merupakan salah satu upaya
bagian perusahaan dalam menancapkan eksistensi mereka di mata publik.
Etika santun yang dibentuk perusahaan tentunya akan menimbulkan kesan
yang positif bagi publik.
Sebagai
contoh, kebohongan adalah salah satu tindakan yang sangat tidak patut
dilakukan suatu perusahaan. Perusahaan mana pun pasti akan sangat
menolak praktek kebohongan. Apalagi yang menyangkut publik. Agen
Prudentiallah sebagai contohnya. Mereka melakukan praktek penjualan
dengan menyembunyikan informasi yang perlu disampaikan kepada konsumen.
Meskipun hal itu dilakukan dengan kesan yang halus. Tetap itu namanya
membohongi konsumen dan akibatnya sangat fatal. Penerapan komunikasi
krisis pada dasarnya bersifat insedental. Tergantung krisis yang
dihadapi. Akan tetapi, meskipun bersifat insedental, perusahaan sudah
sewajarnya memiliki Crisis Communication Planning Management. Agar kedepannya tidak mengalami kegagalan penanganan krisis.
Etika
sebagai landasan komunikasi krisis bisa berbentuk kode etik ataupun
aturan yang bersifat proesedural. Banyak penerapan komunikasi krisis
lebih mengedapankan penyelelamatan asset perusahaan. Dalam artian yang
utama paling dilindungi adalah pemilik modal. Padahal perusahaan itu
sendiri berdiri dalam sistem sosial ekonomi masyarakat. Kata sosial
lebih menitikberatkan pada aspek kesapakatan yang harus dipenuhi oleh
kedua belah pihak, perusahaan dan masyarakat. Adapun perusahaan sendiri
juga memiliki etika ekonomi yang harus tetap dijaga dalam komunitas
mereka yaitu dalam lingkungan bisnis atau antar perusahaan. Komunikasi
krisis harus mampu memenej dan mengantisipasi segala kemungkinan yang
terjadi atas hubungan yang dibangun di dalam sistem masyarakat dan
komunitas perusahaan itu sendiri. Yaitu dengan melandaskan etika santun
sesusai dengan konteks dan waktu yang ada.
Etika Sebagai Strategi Kontingensi
Penerapan
etika merupakan bisa dalam bentuk langkah prosedural maupun dalam kode
etik. Paling tidak, etika menjawab segala keraguan akan profesionalitas
suatu perusahaan. EEO yang ada di Prudential sebagai contohnya. Setelah
EEO berdiri sebagai tempat pendidikan etika. Satu persatu permasalahan
mengenai etika dapat terseleseikan dengan baik. Bahkan sekarang semua
agen Prudential akan memiliki langkah prosedural etika yang sama. Karena
etika sudah menjadi bagian kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
setiap agen mereka. Tak jadi soal, apakah etika itu nanti menjadi kode
etik atau berbentuk aturan prosedural. Yang pasti etika sudah menjadi
bagian landasan dalam penerapan komunikasi dialogis yang dilakukan
perusahaan.
Johannsen
menyatakan dalam menyatakan dan pertukaran informasi, kedua belah pihak
harus memiliki perhatian yang tulus satu sama lain. Perhatian yang
tulus merupakan bentuk landasan etika yang riil untuk dilakukan oleh
semua perusahaan terhadap konsumennya. Karena satu sama lain sangat
membutuhkan. Ibarat simbosis mutulisme. Tanpa adanya peran konsumen,
mustahil perusahaan bisa mempertahankan eksistensi mereka. Sudah
sepatutnya hubungan simbiosis ini harus dimenej sedemikian rupa agar
bisa menghasilkan input-input yang positif bagi kedua belah pihak.
Penerapan etika adalah sebuah pilihan bagi suatu perusahaan. Kembali
lagi pada paradigma apa yang dibangun oleh perusahaan tersebut. Sudah
agak basi mungkin, jika masih ada perusahaan yang mengedepankan
paradigma seperti ini. Dapat dipastikan perusahaan yang ada akan banyak
mengalami serangkain krisis. Karena etika sudah menjadi persoalan yang
sangat fundamental. Pelaksanaan etis atau tidaknya bertanggung jawab
sosialnya suatu perusahaan, tidak lagi menyangkut apakah perusahaan harus melakukan atau tidak, tetapi bagaimana
perusahaan menerapkan etika dan tanggung jawab sosial seharusnya
dilaksanakan (Reich, 1998). Dari sini dapat dipahami, etika tidak lagi
menjadi pilihan, tetapi sudah seharusnya menjadi kewajiban yang harus
dilaksanakan.
Etika dapat dimaknai sebagai strategi kontingensi jangka panjang. Sehebat-hebatnya Crisis Communication Planning Management suatu perusahaan kedepannya dapat dipastikan akan mengalami krisis diluar planning
tersebut. Tapi dengan adanya etika sebagai strategi yang berwujud kode
etik dan prosedural, paling tidak akan mampu meminimalisir efek negatif
yang yang ditimbulkan. Prudential sebagai perusahan yang bergerak di
bidang asuransi tentunya akan banyak mengalami dalam hal etika. Karena
dalam mempersuasif konsumen mereka, pastinya akan ada kegiatan hubungan
yang bersifat personal. Dalam hal ini pastinya Prudential tidak akan
mengalami kecerobohan yang pernah dilakukannya pada tahun 1996.
Prudential sangat konsen sekali dalam menanggapi masalah etika setelah
kejadian itu. Dibuktikannya dengan didirikannya Enterprise Ethic Office
(EEO). Etika sudah sewajarnya menjadi bagian dari strategi komunikasi
krisis. Paradigma etika jika sudah menjadi lajur perusahan, maka akan
mampu meningkatkan performa perusahaan dalam mengatasi krisis yang ada.
Perusahaan
harus mampu memiliki komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan etika
sebagai strategi. Komitmen sendiri sangat erat kaitannya dengan
kesungguhan suatu perusahaan mengimplementasikan kontrak yang sudah
disepakati dengan masyarakat, bahkan komitmen ini bisa menjadi safety net bagi perusahaan yang bersangkutan (Ghoshal, Barlett, 1996). Bahkan jika hal itu dilaksanakan dapat meningkatkan profit dan performance
perusahaan. Pendek kata, perusahaan mampu melaksanakan dasar-dasar
kontrak yang menjadi landasan perusahaan berdiri. Seperti yang
dikemukakan Dunfee. Pertama, societal social contract,
dimanapun perusahaan itu berada harus mampu memiliki kepedulian dalam
memajukan bangsa dan negaranya. Hal itu bisa berwujud dalam
program-program Corporate Social Responsibility (CSR) atau dalam bentuk program-program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Kedua, business social contract,
entitas yang ada dalam perusahaan mulai dari manajer sampai karyawan
pastinya menjadi lebih dari satu anggota masyarakat atau komunitas.
Masing-masing komunitas memiliki harapan-harapan yang berbeda. Sebagai
bagian komunitas, entitas pasti tidak lepas dari komunitas yang lebih
besar, yaitu warga masyarakat atau Negara bersangkutan. Tentunya sebagai
warga Negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi demi
kemaslahatan bersama. Dengan adanya kontrak-kontrak seperti akan
memunculkan aturan dalam mengatur hubungan tersebut. Aturan itulah yang
nanti kemudian akan menjadi landasan etika di di dalam entitas
perusahaan. Maka dari itu, suatu perusahaan tidak bisa lepas dari sistem
yang ada dan suatu sistem pasti akan berdinamisasi terus. Dalam
dinamika tersebut akan banyak melahirkan permasalahan-permasalahan yang
baru yang harus siap dihadapi oleh perusahaan. Untuk sangat kecil
kemungkinan, jika perusahaan mengesampingkan yang namanya etika. Etika
sudah menjadi aturan yang secara langsung dan tidak langsung mengikat
perusahaan dalam lingkup kontrak-kontrak di atas. Sudah sewajarnya etika
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari strategi komunikasi krisis
jangka panjang sebagai kontingensi krisis.
0 Komentar
Silahkan berkomentar sesuai dengan judul artikel,
Kritik dan saran sangat membantu saya dalam memeperbaiki blog ini.
Terima kasih atas kunjungan anda...