Recents in Beach

Kado Sang Pengagum Rahasia

Jadikan dirimu seperti bintang dilangit,,
walau jauh,, dia tetap ada..
meski kadang menghilang,, dia tetap bercahaya..
tak mungkin dapat dimiliki,, tapi tak bisa dilupakan..
slalu ada dalam hati selamanya..
===============================
Ku hanya ingin ikhlas dan tulus menyayangimu, tanpa perlu mengharapkan kau tahu akan perasaanku padamu, walau sangat berat menjalaninya.
Tak ada yang mempu kuberikan kepadamu melainkan sebuah harapan dan doa. Harapan dalam relung hati yang terdalam bahwa ku ingin melihatmu berubah, serta doa yang terpanjatkan agar kau dapat menemukan cinta sejatimu. Cinta sejati yang dapat mengantarmu ke jannahNYA. Cinta sejati yang tak akan lekang karena masa dan usia.
Kuberharap masih diberi kesempatan tuk menyaksikan doaku terijabah. Ku berharap suatu waktu doaku mampu menjadi hal yang bermanfaat bagi kehidupanmu.
Ku akan mencoba ikhlas dan tulus, walau berat hati ini….
 =========2012========
Ini adalah sepenggal kisah hidupku selama aku berada di SMA.
Kenalkan namaku Larissa Safanah Arif, namun teman-temanku lebih suka memanggilku Acha. saat ini aku sedang mengagumi salah seorang kakak kelas, dia adalah seorang pemusik handal di sekolahku, SMA Harapan Bangsa.
Awalnya aku sama sekali tak menyadari keberadaannya namun pada akhir bulan Februari ini, aku mengenalnya di saat aku sedang berlatih paduan suara untuk misa bulanan di sekolahku. Sempat terbersit rasa kecewa pada diriku mengapa aku mengenalnya di saat aku akan berpisah dengannya. Hanya dalam hitungan bulan dia akan lulus karena kini dia sudah kelas XII sedangkan aku masih kelas X. saat aku menyadari bahwa aku tak akan melihatnya aku sempat berfikir apa yang harus kulakukan di bulan terakhirku dengannya. Hingga akhirnya aku mendapatkan sebuah cara untuk memberikan sebuah kenangan manis selama 1 bulan kedepan sebelum dia lulus. Aku akan menjadi secret admirernya, aku akan memberinya hadiah-hadiah kecil namun dia tak akan pernah tahu siapa diriku.
Hadiah pertama yang aku berikan untuknya adalah sebuah kalung salib berwarna hitam, kalung itu aku beli bersamaan dengan aku membeli kado ulang tahun untuk temanku. Aku membeli kalung itu bersama dengan 6 orang temanku yang lain.
Keesokan harinya aku berencana memberikan kalung itu, tak lupa dalam kado itu kuselipkan surat bertuliskan ‘Congratulation’ maksudnya adalah aku mengucapkan selamat atas penampilannya yang menawan di misa bulanan kemarin namun aku tak akan memberikannya secara langsung, melainkan aku akan menitipkan kalung itu pada teman SMP ku sekaligus saudara dari kakak kelas itu.
Saat ini aku sedang menemui Dea.
“Dea, aku titip ini ya buat kak Ray…” ucapku pada Dea teman SMP ku itu.
“Ha? Apa ini?” tanya Dea.
“Ini hadiah buat dia, kamu tahu kan kalau aku suka sama dia? Jadi tolong banget ya kamu bantuin aku…” pintaku pada Dea. Dea nampak berfikir.
“Lah kalau dia tanya dari siapa aku harus jawab apa donk?” tanya Dea bingung.
“Bilang aja dia gak mau di sebutin namanya…” kataku.
“Yaudah deh aku bantuin…” kata Dea yang berhasil membuatku menyunggingkan senyum di bibirku.
“Makasih banget ya De… yaudah kalau gitu aku balik kelas dulu yaaa. Jangan lupa, rahasiain identitasku ya…” kataku. Setelah itu aku kembali lagi ke kelasku yang hanya berjarak tangga dan ruang BK dari kelas Dea.
Kini hatiku lega karena sudah menitipkan kado itu pada Dea.
Keesokan harinya, aku menanyakan apakah kado itu sudah di berikan Dea kepada kak Ray.
“Gimana De? Kamu udah kadih kado itu?” tanyaku saat menghampiri kelas Dea.
“Sorry Cha, aku belum ketemu sama dia… entar deh kalau udah ketemu aku kasih langsung…” tuturnya dengan wajah menyesal. Sempat terbersit rasa kecewa dalam hatiku.
“Hmmm.. yaudah deh gak papa… aku balik dulu yaaa…” kataku sejurus kemudian pergi meninggalkan kelas Dea.
Perasaan kecewa itu nyata terasa dalam hatiku namun aku terus berfikir positive bahwa rencanaku akan berhasil. Ternyata benar keesokan harinya dengan mataku sendiri aku melihat Dea memberikan kado itu pada kak Ray, jantungku terasa berdetak sangat kencang saat melihat kejadian itu namun dari kejauhan aku mencoba mengandalikan emosi yang bergejolak dalam hatiku.
“Syukurlah…” pekikku dalam hati sambil menyunggingkan senyum di bibirku.
Saat jam istirahat aku mencoba menanyakan pada Dea, apa respon yang diberikan oleh kak Ray setelah mendapat hadiah dariku.
“Dea…” aku menahan langkah Dea saat dia melewati kelasku menuju kantin.
“Eh, apa Cha?” Dea menghentikan langkahnya.
“Gimana?” tanyaku dengan wajah cemas, takut-takut kak Ray tak menyukai hadiah dariku.
“Tenang aja, dia suka kok, dia malah bilang makasih sama yang kasih hadiah itu, emm tapi dia bilang dia mau terima kasih langsung sama yang kasih kado.” kata Dea. Sungguh senang rasanya hatiku mendengar perkataan Dea itu berarti kak Ray menghargai hadiahku.
“Emmm… kalau dia emang pingin tahu aku, tunggu aja aku bakalan tunjukin diriku ke dia setelah kelulusanya tapi dengan syarat dia harus lulus…” kataku lagi.
“Oke dehh…entar aku bilangin…” kata Dea.
“Yaudah, makasih ya, aku masih butuh bantuan kamu loh De…” kataku.
“Maksudmu?” tanyanya dengan wajah bingung.
“Yaaa.. tunggu aja nanti…” kataku dengan wajah penuh misteri.
“Okelah… aku bakalan bantu kamu kok… yaudah deh aku ke kantin dulu yaaa..” pamitnya sambil melambaikan tangan padaku.
“Okidoki…” kataku membalas lambaian tangannya.
Semenjak kejadian itu tidak hanya kado itu yang aku berikan pada Kak Ray, banyak sekali hadiah yang aku berikan pada kak Ray.
Kado kedua yang aku berikan pada kak Ray adalah sebuah Rosario dan buku panduan doa novena. “Mungkin dengan ini, kak Ray bisa tambah rajin berdoa demi kelulusannya” pikirku saat membelikan Rosario itu tak lupa aku kembali menyelipkan surat bertuliskan ‘Don’t Stop to Pray… Jessus Always Bless You Boy…LULUS’ dengan maksud agar dia selalu berdoa dan tak lupa pada Tuhannya, namun kali ini aku tidak menitipkan hadiah ini pada Dea karena seluruh anak kelas X diliburkan untuk pra UAN kelas XII, namun kebetulan saat itu aku ada sedikit urusan di sekolah aku berfikir meletakkan hadiah itu di jok motornya. Kado kedua sukses, aku berhasil memberikan kado kedua pada kak Ray walaupun tidak secara langsung.
Setelah itu aku tak hentinya memberikan hadiah kecil padanya, lebih sering aku memberikan hadiah kecil yang berhubungan dengan tim sepak bola Chelsea karena kak Ray memfavoritkan tim sepak bola itu.
Ini sudah kado ketiga, aku memberinya sebuah gantungan kalung bertuliskan ‘Chelsea’. Gantungan itu aku dapatkan dari temanku Ify. Kebetulan saat Ify sedang jalan-jalan dia menemukan gantungan itu dan memberikannya padaku untuk ku berikan pada kak Ray. Awalnya aku memberikan kado itu berserta surat yang bertuliskan hasil pertandingan Chelsea melawan MU, aku yakin dia tidak sempat untuk menyaksikannya karena dia sibuk dengan persiapan ujian nasionalnya, namun entah mengapa aku tak jadi menyisipkan surat itu dan hanya gantungan itu yang aku berikan padanya dan satu lagi di setiap surat yang aku berikan padanya aku selalu memberikan sebuah tanda yaitu lambang kunci G itu karena aku sangat menyukai lambang kunci G.
Akhirnya aku memberikan kado itu pada kak Ray, lagi-lagi aku menitipkan kado itu pada Dea. Kali ini dia nampak lebih senang karena mendapatkan hadiah yang sesuai dengan dirinya. Keesokan harinya secara kebetulan aku bertemu dengannya di parkiran sekolah saat aku tiba di sekolah. Aku sangat kaget saat melihat dia sudah menggunakan hadiah dariku, ingin sekali rasanya aku tersenyum lebar di depannya, namun aku berusaha mengendalikan emosi dalam hatiku agar dia tidak mengetahui bahwa akulah yang selama ini memberikannya hadiah. Dengan langkah yang seakan tak mengenalnya sama sekali aku berjalan melewatinya bersama sahabatku yang selalu berangkat sekolah bersamaku, sempat aku melihat dia melirik kearahku namun aku berusaha tenang. Kado ketiga sukses.
Beberapa hari kemudian aku memberikan kado keempatku yaitu pernak-pernik serba Chelsea yang aku beli bersama sahabat-sahabatku di Gramedia, untuk kado kali ini aku kembali menyisipkan surat yang bertuliskan ‘You are My Brother’ itu karena akhir-akhir ini entah mengapa aku hanya mengangapnya sebagai Kakakku, karena jujur dialah yang selalu mengingatkanku pada kakaku yang kini sedang bekerja di Riau. Berbeda dengan kado sebelumnya, kali ini aku menitipkan kado itu ke Keke teman sekelasku yang juga mengenal kak Ray.
Lebih ekstrim lagi, Keke memberikan kado itu tepat di depan mataku, karena saat itu aku berada di tempat itu, kembali aku berusaha mengendalikan emosiku yang bergejolak sangat kencang.
“Kak ini ada kado…” kata Keke memberikan kado itu, saat itu aku sedang duduk tak jauh dari tempat itu.
“Weh apa e ini?” tanya kak Ray kebingungan saat menerima kado itu.
“Ya kado kak..” kata Keke.
“Dari pengagum rahasia itu lagi? siapa sihh? penasaran aku…” kata kak Ray sambil menyelidik isi kado itu.
“Yaa pokoknya ada lah kak yang kasih…” elak Keke.
“Lah terus aku gimana donk cara balesnya?” tanya kak Ray.
“Katanya sih dia udah seneng kalau kakak pakek kado dari dia…” tutur Keke. Dari temptaku aku tersenyum sambil menundukan kepala untuk menutupi ekspresiku.
“Yayaya… yaudah makasih ya. Bilangin makasih juga sama dia…” kata Kak Ray yang sejurus kemudian pergi membawa kado pemberianku. Sungguh senang rasanya dengan mata kepalaku sendiri aku melihat kak Ray mengucapkan terima kasih kepada sang pemberi kado. Kado keempatpun sukses. Tak lama berselang Keke menghampiriku dengan bahagia, dia memang sahabat yang sangat mendukungku, dia selalu nampak senang jika aku juga senang.
“Sukses Cha.. Selamet ya… Dia bilang makasih tuh, dia kelihatan seneng banget di kasih itu walaupun jelas banget kalau dia bingung…” tutur Keke saat menghampiriku dengan nada bahagia. Terlebih aku, saat itu aku sangat bahagia ingin sekali rasanya aku berteriak penuh kebahagian.
“Iya.. aku lihat kok.. makasih banget ya Ke.. kamu udah mau bantu aku…” kataku senang.
“Iya sama-sama Cha…” kata Keke tersenyum manis padaku, akupun membalas senyuman itu. Hatiku sangat bahagia hari itu namun aku tidak boleh terlalu senang karena belum tentu kak Ray membalas cintaku.
Empat kado sudah aku berikan pada Kak Ray. Setelah kado keempat itu aku bingung ingin memberikannya kado apa lagi padanya, yang jelas pada tanggal 1 Mei aku akan memberikan kado yang sangat istimewa padanya karena pada tanggal itu kak Ray berulang tahun. Mungkin kado selanjutnya pada tanggal itu.
Beberapa hari setelah kado keempat aku berikan aku dan Keke bertemu dengan kak Ray di kantin, di situ aku berusaha menyembunyikan ekspresi bahagiaku karena bertemu dengannya. Saat kak Ray bertemu dengan Keke aku mendengar kak Ray menannyakan masalah penggemar rahasianya itu.
“Eh Ke siapa toh penggemarku itu? aku penasaran nie..” katanya sambil menendang kaki Keke dengan pelan.
“Aduh sakit kak..” rintih Keke sebal.
“Yaa makanya kasih tahu siapa yang kasih kado itu.” tanya kak Ray lagi.
“Dia gak mau dia sebutin namanya kak. Udah tunggu aja sampek kelulusan…” kata Keke. Syukurlah Keke bisa mengendalikan omongannya, tapi jujur saat itu aku ingin tertawa bayangkan saja melihat wajah bingung kak Ray saat itu padahal sangat jelas penggemarnya itu ada di sampingnya bersama orang yang sedang dia tanyai itu. Setelah itu aku buru-buru mengajak Keke kembali ke kelas aku takut terlalu lama di situ akan membahayakan bagiku. Aku dan Keke pun kembali ke kelas.
Hari berganti hari aku semakin mengagumi kak Ray, namun terkadang aku hanya menganggapnya seorang kakak. Ya! Itulah yang aku rasakan, aku bingung dengan apa yang sebenarnya aku rasakan pada kak Ray hari kehari sifat cuek kak Ray membuat aku semakin bingung, terkadang aku yakin aku bisa mendapatkannya tapi terkadang aku putus asa. Aku kembali bertanya pada hati apa benar aku mencintainya? Hari terus berganti perasaan itu terus menyelimuti hatiku. Jujur semenjak aku menyukai kak Ray aku merasa menjadi orang paling tolol dan begitu banyak air mata yang aku tumpahkan saat mengingat seorang kak Ray. Karena itu salah satu temanku menyarankan bahwa aku harus segera membuka identitasku, aku sempat ragu namun gejolak dalam hatiku mendorongku untuk mempercepat aku membuka identitasku. Akhirnya aku putuskan aku akan membuka identitasku pada saat ulang tahun Kak Ray, aku akan memberinya hadiah secara langsung. Aku sudah menyusun rencana sangat rapi agar prosesi pemberian kado itu terkesan bagus dan mengenang namun semua harapanku hancur lebur tepat 15 hari sebelum tanggal 1 Mei itu kak Ray sudah menebak siapa aku, dia mengatakan pada Keke bahwa dia tahu siapa penggemarnya itu yaitu aku, memang satu hari sebelum itu dia sudah menebak dua nama yang mungkin menjadi penggemarnya yaitu Zahra dan satu diantara dia lupa namanya namun aku yakin itu adalah aku. Sungguh saat itu aku terasa di sambar petir aku tidak menyangka selama ini dia memang benar mencari tahu siapa aku, tapi seharusnya tidak secepat ini dia mengetahui siapa aku aku belum siap namun ini sudah menjadi takdirku. Aku berusaha tenang dan tidak bersikap panic karena aku tidak ingin dia menganggapku aneh. Sorenya, masih di hari yang sama aku meng-sms dia. Inti dari smsku itu aku meminta maaf kalau selama ini udah buat dia bingung, sempat terjadi sms-an diantara kami namun kejadian itu hanya berlangsung sebentar, namun dari caranya membalas sms ku dia ramah dan dia tak menganggpku aneh atau sejenisnya, itu membuatku sedikit lega dan kembali optimis.
Keesokan harinya adalah hari Minggu dan untuk 8 hari kedepan seluruh kelas X dan XI diliburkan karena pada hari Senin seluruh kelas XII akan UAN, satu hari sebelum UAN aku mengirimkan sebuah sms untuk menyemangatinya, dia sempat membalas sms ku walaupun hanya sebentar aku dan dia saling berbalas sms.
Hari liburku kujalani penuh sepi, aku terus memikirkannya. Namun di tengah kesepianku aku terus memanjatkan doa agar Ujian yang akan di hadapi oleh kak Ray berjalan lancar.
Hari liburku sudah berakhir dan saat aku kembali sekolah aku baru menyadari bahwa semenjak saat itu hingga seterusnya aku tak akan bertemu dengan kak Ray. Sungguh hatiku terasa tersayat oleh pisau, bisa di bayangkan aku berharap setelah masuk aku bertemu lagi dengan kak Ray namun ternyata itu hanya sekedar harapan, aku tak akan bertemu kak Ray. sejak saat itu sungguh aku merasa sangat sedih tapi untungnya aku masih memiliki sahabat yang selalu mendukungku. Semenjak itu aku terus menunggu kak Ray, banyak temanku yang menyarankan agar aku melupakannya, namun itu tidak semudah yang mereka katakan. Rasa kagum ini telah menjelma menjadi rasa cinta yang sangat dalam untuk sesesok bernama Ray. mungkin terdengar sangat bodoh saat aku mengatakan kalau aku akan memberikan semua yang kumiliki kecuali haraga diriku untuk seorang kak Ray. Di tengah penantianku, terdengar kabar yang sangat tidak enak dari salah satu temanku bernama Riko, dia mengatakan kalau kak Ray itu sudah memiliki pacar. Jujur aku sangat kecewa, namun apalah dayaku, aku hanya bisa menunggu hinggal tanggal 1 Mei tepat di hati ulang tahunnya.
Sungguh sial, tepat 2 hari sebelum hari ulang tahun kak Ray aku mengetahui sebuah kenyataan buruk tentang kak Ray saat aku membuka situs jejaring sosialnya yaitu facebook. Sangat jelas foto-foto yang terdapat di dalam facebooknya adalah fotonya bersama wanita dan foto mereka Nampak mesra, seketika hatiku menangis, kenapa semuanya jadi seperti ini? apa aku tidak pantas mendapatkan cinta yang aku inginkan? Begitu jahat dunia ini. aku mencoba menceritakannya pada temanku bernama Cindya.
“Cin, aku sedih…” ucapku dengan wajah muram.
“Kenapa say?” tanyannya merasa iba dengan kesedihanku.
“FBnya kak Ray isinya foto dia sama cewek…” curhatku. Aku sempat melihat ekspresi wajahnya kaget.
“Loh kok bisa Cha? Kamu tahu dari mana?” tanyanya sambil merangkulku iba.
“Aku tadi buka FBnya terus aku lihat foto-fotonya sama cewek. Apalagi dia nolak permintaan pertemananku…nyebelin banget…” curhatku lagi.
“Yaampun… jahat banget sih dia…yaudah kalau saran aku kamu lupain aja dia…dia gak pantes buat kamu, kamu harus move on.. jangan sedih yaa… kamu bisa kok dapetin yang lebih baik dari dia…” kata Cindya menasihatiku. Aku sedikit lega, memang sahabatku yang satu ini selalu bisa membuat orang-orang tenang.
“Kamu bener! Aku harus move on. Makasih ya cin.” kataku mulai menyusun susunan hatiku yang berantakan karena kak Ray.
“Iya santai aja.. kita kan sabahabatan…” katanya tersenyum manis. Senyuman sahabatku ini memang manis dan tulus, aku bersyukur memiliki sahabat seperti Cindya.
Sejak saat itu aku memutuskan aku akan melupakannya, itu lah saran dari semua temanku terutama Cindya. Selain itu setelah aku berkonsultasi pada Cindya dan beberapa sahabatku aku memutuskan tak akan memberinya hadiah lagi cukup ucapan selamat untuknya dan semuanya akan berakhir aku akan melupakannya karena aku tahu dia bukan yang terbaik untukku.
Tepat saat tanggal 31 April 2011 aku berusaha terjaga hingga tanggal 1 Mei 00:00. Detik demi detik aku lalui dengan pergulatan batin. Aku bingung aku harus melakukan ini? jujur aku masih sayang sama kak Ray, namun perlakukannya padaku sungguh membuatku sakit hat. Jarum jam terus berdetak, daripada aku bingung aku memutuskan membuat origami burung untuk mengisi waktu, sudah ratusan Origami kubuat hingga akhirnya jam menunjukan pukul 00:00 dan hari sudah berganti tepat tanggal 1 Mei pukul 00:00 aku mengimkan sebuah ucapan selamat ulang tahun untuknya dan mengakhiri semuanya.
“Semuanya sudah berakhir… Ini yang terbaik buat kita…” ucapku seusai mengirimkan pesan itu dan sejurus kemudian aku menghapus nomornya dari kontak hapeku dan menutup semua lembaranku dengannya. Kini dia dan semua kadoku hanyalah menjadi sebuah kenangan yang akan aku kenang. Mungkin suatu saat nanti jika Tuhan memang menjodohkanku padanya, aku akan bertemu dengannya dengan keadaan yang lebih indah dari sebelumnya.
Dan itulah akhir dari Kado Sang Pengagum Rahasia. Terima Kasih padamu untuk 2 bulan kau ijinkan aku mengagumimu.

Posting Komentar

0 Komentar