Recents in Beach

Si Penjilat di Sudut Ruangan



Di sebuah perusahaan media yang sedang berkembang, ada seorang karyawan bernama Dimas. Secara kemampuan, Dimas sebenarnya biasa saja. Ia tidak terlalu menonjol dalam ide-ide kreatif, bahkan kadang justru mengambil hasil kerja tim sebagai bagian dari dirinya. Namun ada satu “keahlian” Dimas yang membuatnya cepat naik pangkat: menjilat atasan.

Dimas selalu tahu kapan datang lebih pagi ketika bos sedang ingin “lihat siapa yang paling rajin.” Dia sering muncul di ruangan bos hanya untuk membawakan kopi atau memuji jas kerja sang atasan. Di rapat mingguan, dia akan mengiyakan semua pendapat atasan, bahkan yang tidak masuk akal. Tak jarang, dia menyalahkan rekan satu tim demi terlihat lebih baik di mata bos.

Rekan-rekannya mulai gerah. Rani, salah satu karyawan yang sudah lebih lama bekerja, berkata, “Kita kerja siang malam, laporan ini sebagian besar aku yang bikin, tapi waktu presentasi dia yang maju dan namanya yang disebut bos.” Semua orang tahu, tapi tak ada yang bisa berbuat banyak — karena Dimas semakin dekat dengan manajemen.

Namun roda selalu berputar. Ketika perusahaan menghadapi krisis dan butuh orang yang benar-benar kompeten, Dimas tak bisa menjawab pertanyaan mendalam dari klien besar. Saat itu, bos mulai sadar bahwa ia lebih banyak menjual tampang daripada substansi.

Posisi Dimas mulai goyah. Tim yang dulu ia anggap remeh kini menjadi andalan manajemen untuk menyelamatkan proyek. Perlahan, Dimas kehilangan pengaruh. Ia dipindah ke divisi yang kurang strategis, tanpa banyak sorotan.

Dan rekan-rekannya? Mereka akhirnya mendapat pengakuan yang pantas — bukan dari pujian kosong, tapi dari kerja nyata.


Kisah ini menggambarkan bahwa menjilat bisa memberi keuntungan sesaat, tapi dalam jangka panjang, kompetensi dan integritaslah yang bertahan.

Posting Komentar

0 Komentar