ketika
semuanya harus dimengerti dengan diam, banyak hal yang menjadi salah, aku
banyak menerka-nerka tentang sebuah arti, banyak yang harus kurenungkan sendiri
dan dengan
logikaku kucoba mengartikan setiap apa yang tersirat di dalam setiap
kehidupanku. Seperti
tiba-tiba aku yang dengan mudah bisa menangismu, yang hadir dalam hidupku,
lalu dengan perlahan air mata meleleh, jeritanku semakin
larut dengan hening, kenapa ini bisa terjadi,kenapa,,,,? dia tiba-tiba hadir
dalam hidupku kemudian datang menawarkan berjuta kehidupan baru yang penuh
dengan misteri, kehidupan dengan cerita nyata dan bukan sekedar hayalan.
Perasaan cinta itu mulai hadir, tapi apa,,,? cinta mengubahku, kadang dengannya
aku bisa kuat dan dengannaya pula aku menjadi lemah, andai dia tau jika
mencintainya dalam diam adalah sebuah kesakitan, menahan yang setiap detiknya
perih ketika rindu menghujaniku,aku kesakitan menahan perihku sendiri, lalu air
mata menjadi bahasa terakhirku hingga saat ini.
Entah
sampai
berapa lama aku bisa bertahan menahan rasa ini harus menunggu setiap
detik-detik kehidupan, dia mengungkapkan semua tanpa harus ku jelaskan
sendiri,
apa dia mengerti apa yang aku rasakan ,,,? Ataukah dia pura-pura tidak tau ini
semua,,,? Sejauh ini kupaksakan untuk menahankannya, memilih diam dan terus
lakukan apa yang menjadi kebiasaan, aku berusaha terus menjadi apa yang diharapkan, berpura-pura
menikmati kebahagiaan ini, berpura-pura
menyamankan keadaan ini, aku tak tau pasti seberapa lama apa aku menyanggupi ini, rasanya
ingin menukar jiwa ini kepada siapa saja, rasanya
ingin menukar pemikiran ini kepada siapa saja, rasa
hilang arah menghantui setiap jejak-jejak yang ku buat, rasa jenuh menjadi ciri
khas yang biasa terbaca, aku tidak mengerti Sampai kapan aku bisa memendam ini semua,
seandainya ini mudah terkatakan tanpa harus kupersulit ini dengan kata-kata yang aku
sendiri tak bisa memahaminya, seandainya ini
mudah kulakukan tanpa harus kubebankan
pikiranku dan harus kuperjelas padanya, akupun tak tau pasti, apa yang aku sendiri tak bisa mengartikan
maksudnya, aku pun tak tau seberapa lama waktu membiarkan ku bertahan berpura-pura dengan ini semua. Adakah kalimat yang bisa
menenangkanku, Kegelisahan.. Rasa sakit.. Apa arti
semua ini?? Tuhan pasti tau maksud semua ini, pasti ada jalan yang terbaik yang tlah dipersiapkan
untukku, aku hanya perlu menunggu.., Bukankah begitu?? Tapi sampai kapan,,,? Kapan dia bisa
mengartikan setiap artiku dikehidupannya.
Seandainya bisa memilih, aku jauh memilih tak ingin merasakan perasaan
ini, terlalu menyiksa
batin jika rasa rindu itu hadir. Diam diam dan diam serta menunggu itu yang aku
lakukan saat ini, berharap dalam setiap do’a dia bisa merasakan apa yang aku
rasakan selama ini, aku begitu yakin dia mulai mengerti arti diriku dihidupnya,
walaupun kita Cuma sekedar diam dan terus sama-sama diam menikmati rasa ini.
Inikah
jawaban dari setiap do’a dalam sujutku,semua tak pernah terpikirkan, yang aku
tau setiap rasa itu hadir, aku hanya bisa menetesan air mata tanpa berani
mengungkapkan apa yang aku rasakan,
Sayangnya,
dalam keheningan dan diam yang
saya rasakan,lebih banyak rasa galau daripada sebuah usaha untuk
mengembalikan
pola pikir yang lebih logis. Galau ketika mata terus meronta untuk
sebuah
sekelibat pandangan. Galau ketika mulut harus terkatup rapat meski
sebuah
kesempatan sedikit terbuka. Galau ketika mencintai menjadi sebuah
pilihan yang
menyakitkan. Galau ketika mencintai hanya akan menambah beban hidup.
Galau ketika
menyadari bahwa segalanya tidak akan pernah terjadi. Galau ketika tanpa
disadari harapan terlanjur membumbung tinggi. Galau ketika semua bahasa
tubuh
seperti digerakan untuk bertindak bodoh. Khuhhhh,,,,Apakah mencintai
seseorang senantiasa membuat orang bodoh? Tentu tidak. Namun itu pula
yang saya rasakan.
Dalam kelelahan, diam dan kegalauan yang saya rasakan selama ini, ada
rasa
syukur atas berkat dari Sang pemberi hidup atas apa yang saya alami.
Syukur
ketika rasa pahit menjadi bagian dari mencintai seseorang. Syukur ketika
berhasil memendam semua rasa untuk tetap berada pada zona diam. Syukur
untuk
sebuah pikiran abnormal namun tetap bertingkah normal. Syukur ketika
rasa galau
merajalela tak terbendung. Syukur ketika rasa perih tak terhingga datang
menyapa.
Syukur karena tak ditemukannya sebuah nyali untuk mengatakan "Aku kangen
kamu". Syukur ketika perasaan hancur lebur menjadi bagian dari
mencintai. Syukur ketika harus menyembunyikan rasa sakit dalam dalam
,Syukur
atas rahmat hari yang berantakan akibat rasa pedih yang teramat dalam.
Akhirnya, bagi saya, keputusan untuk
mencintai melalui sebaris doa menjadi pilihan yang paling pantas. Setidaknya,
mencintai secara tulus melalui doa, dalam tradisi agama yang saya anut, akan
menjadi lebih bermakna,karena saya diteguhkan dan menjadi berkat atas segala
rasa perih yang senantiasa ada didalam diri. Dalam doa, akhirnya, semuanya kita
kembalikan kepada Sang pemberi Hidup.
Dan
hari ini, dari semua pembelajaran yang telah saya
terima, berkembang menjadi sebuah bentuk KEPASRAHAN. Sebuah Zona yang
terbentuk
karena saya merasa tidak berdaya. Dimana saya merasa tidak memiliki
kemampuan
untuk membuat segalanya menjadi mungkin. Dimana saya tidak berani untuk
membangun sebuah harapan. Dimana saya tidak berani untuk mengatakan "Aku
kangen kamu,aku merindukanmu, mari kita pastikan segalanya, dan
semuanya, hanya untuk kita
berdua saja." Dan ini adalah pilihan terakhir yang saya miliki,
mencintai
dalam kepasrahan, tanpa berharap dan tanpa meminta. Meski sangat susah
dan
hampir mustahil bagi saya untuk tidak mengingatnya.
0 Komentar
Silahkan berkomentar sesuai dengan judul artikel,
Kritik dan saran sangat membantu saya dalam memeperbaiki blog ini.
Terima kasih atas kunjungan anda...