Hmm, yuk kita sedikit berdongeng... berbicara tentang cinta...
Saya pernah bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah di dunia ini yang namanya cinta sejati itu ada?
Sejoli
yang saling mencintai, bersedia melakukan apa saja untuk orang yang
mereka cintai bukan karena ingin mengharapkan balasan cinta yang sama
dari pasangannya. Melainkan karena ia tahu, inilah yang terbaik yang
bisa ia berikan untuk kekasih yang disayanginya.
Di
suatu masa terkisahlah sepasang merpati Geon dan Merri yang saling
menyayangi dan mencintai satu sama lain. Masa muda mereka penuh dengan
asmara yang menggebu-gebu, hingga keduanya tak dapat terpisahkan lagi.
Menjelajahi langit biru bersama-sama, menapaki langkah-langkah kecil
mereka di rimbunnya pepohonan.
Sepasang merpati yang menyayangi, tumbuh dewasa, melewatkan masa-masa indah bersama.
Namun
pada suatu ketika, Merri si merpati betina mengalami kecelakaan saat ia
terbang dan terjatuh dengan kepala lebih dahulu membentur tanah.
Meskipun nyawanya masih bisa diselamatkan namun Merri terluka sangat
parah.
Geon
yang begitu sangat mencintai pasangannya ini, tak sedikitpun pernah
meninggalkan sisi Merri. Dirawatnya dengan penuh cinta kasih, berharap
suatu saat kekasihnya bisa kembali membuka mata, menemani dirinya
bersenda gurau, mengarungi masa tua hingga maut memanggil dalam tidur
yang tenang di rumah kecil mereka.
Tiap hari dia berdoa untuk kesembuhan Merri, asalkan kekasihnya bisa sembuh ia rela melakukan apa saja.
Tak
disangka, Merri akhirnya kembali sadar. Betapa bahagianya Geon
mengetahui hal ini. Tak di pedulikannya apapun yang terjadi, ia terus
mengucap syukur, bersenandung riang meskipun ia tahu ketika Merri
kembali tersadar dari sakitnya, ada sesuatu yang kini telah berbeda pada
merpati betina itu.
Tahun berlalu...
Suatu
hari dikala Geon tengah dalam perjalanan ke rumah, sayapnya tergores
ranting pohon, hingga ia harus berobat. Setibanya di tempat dokter
Owlie, ternyata ruangan praktek si burung hantu ini penuh dengan
pasien-pasien lainnya. Beberapa perawat terlihat melayani antrian
pasien. Geon melirik jam dinding yang terpasang di tiang kayu dekat
tempatnya berdiri. Jam setengah satu.
'Sebentar lagi waktu makan siang' pikirnya. Namun kesibukan masih saja berlanjut di ruangan itu.
Seorang
perawat yang baru saja selesai memasang perban di kaki salah satu
pasien, memperhatikan tingkah laku Geon yang terlihat gelisah.
"Tuan, bisakah saya mencoba memeriksa luka anda?" sapanya pada Geon.
Seketika
wajah merpati itu menjadi cerah. Dan perawat itu pun mulai memeriksa
keadaan sayap Geon yang ternyata tidak begitu parah, hanya perlu sedikit
diberi pengobatan.
Perawat yang kini mulai memasang perban mencoba memulai percakapan.
"Anda terlihat sangat gelisah, Tuan. Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran anda?"
"Oh, sesungguhnya tak ada yang tengah menggangguku. Hanya saja aku memang tengah mengejar waktu." jawab Geon.
"Sebuah pertemuan penting rupanya menunggu anda?" tanya si perawat lagi.
Diceritakanlah
tentang keadaan istrinya, Merri, yang sampai hari ini kondisinya belum
juga pulih total semenjak kecelakaan bertahun-tahun yang lalu hingga ia
masih harus terus dirawat di pondok perawatan hewan.
"Dan setiap hari aku menjenguknya untuk menemani istriku makan siang." tambah Geon pelan.
Perawat
yang masih muda ini memandang Geon dengan pandangan kagum. "Begitu
rupanya...", "... tapi apakah istri anda akan merasa sangat kecewa
apabila untuk kali ini saja anda tidak datang menjenguknya?"
Geon menggeleng pelan sembari mencoba mengepak-ngepakkan sayapnya yang kini telah terbalut perban putih.
"Merri
tidak lagi mengenaliku... Kecelakaan itu mengakibatkan fungsi otaknya
melemah, tak tersimpan sedikitpun memori tentang diriku atau bahkan
lingkungan sekitarnya. Saat ini benaknya bagaikan sebuah ruang
kosong...", "... begitulah kata dokter yang menangani kasus Merri."
Penuh
rasa terkejut si perawat kembali melontarkan pertanyaan, "Dan meskipun
begitu anda tetap setia mendampingi dan mengunjunginya meskipun beliau
tidak lagi mengingat tentang anda?"
"Merri,
mungkin tidak lagi mengenal siapa diriku ini. Tapi aku tetap
mengenalinya sebagai kekasih yang sangat aku cintai..." dengan tersenyum
Geon mengucapkan terima kasih untuk perawatan yang di dapatnya, dan dia
pun pamit meninggalkan si perawat yang tak lagi hanya memandang Geon
penuh rasa kagum, melainkan takjub dengan besarnya cinta kasih yang
dimiliki Geon.
Sosok merpati cinta...
---
Tapi bukankah cerita di atas hanyalah sebuah fabel? Dongeng belaka yang bisa dituliskan oleh siapapun. Sama sekali tak bisa dijadikan contoh untuk kita dong.
Baiklah... :)
Kalo begitu bagaimana dengan kisah cinta Bapak B.J. Habibie kepada almarhumah istrinya Ibu Ainun?
Kisah
cinta fenomenal dimana seorang pria yang tak pernah meninggalkan sisi
sang istri dimasa sakitnya. Tetap setia mendampingi Bu Ainun melawan
sakit yang dideranya.
Seorang suami yang mengantarkan kepergian sang istri tercinta menghadap Khalik dengan kata-kata indahnya
“Saya dilahirkan untuk ibu Ainun, dan ibu Ainun dilahirkan untuk saya,”
Akankah kita juga menemukan cinta sejati seperti ini?
0 Komentar
Silahkan berkomentar sesuai dengan judul artikel,
Kritik dan saran sangat membantu saya dalam memeperbaiki blog ini.
Terima kasih atas kunjungan anda...