Recents in Beach

Pelajaran hidup Ku

Berikut ini adalah kisah perkenalan saya dengan seorang wanita yang cukup memberikan pelajaran hidup bagi saya. Sangat membekas di hati saya, bagaimana dia bisa membuat saya bahagia, senang, ketawa, sedih, kecewa. Apa yang saya tuliskan di bawah ini adalah kepingan ingatan yang saat ini (Minggu, 08 April 2012 jam 16:00) masih saya ingat tanpa ada hal-hal yang saya kurangi atau tambahkan. Selamat membaca ^_^

Sekitar bulan September 2011, pagi hari saat baru sampai di kantor tercinta, handphone saya tiba-tiba mendapatkan panggilan masuk dari nomor yang tidak ada di address book. Saya jawab panggilan tersebut, ternyata suara wanita dengan latar belakang kebisingan jalan raya, sepertinya saat itu dia sedang berada di dalam angkutan umum. Tiba-tiba dia menyapa dan menyebut nama saya, saat itu saya sempat kaget kenapa orang ini bisa tahu nama saya padahal nomornya tidak ada dalam address book saya.

Dia memperkenalkan diri, namanya Sh****. Setelah berbicara ternyata dia mendapatkan nomor saya dari salah satu teman waktu kuliah S1 dulu. Dia meminta saya untuk membantu menyelesaikan skripsinya yang bertemakan “Semantic Web Service”. Saat itu dalam hati saya timbul keraguan apakah saya bisa membantunya, materi yang dia angkat belum pernah saya eksplore sebelumnya, masa iya kita sama-sama belajar. Tetapi saat itu saya tertantang dengan materi skripsi dia, akhirnya sayapun menyanggupi untuk membantunya. Setelah telpon, akhirnya kamu bertukar id Y!M supaya Tanya jawab bisa lebih mudah. Ada hal yang mungkin saat ini dia tidak tahu, saat dulu pertama kali mendengar suaranya ditelp, saya sempet berharap orang ini bisa menjadi pacar saya nantinya. Hmm entah darimana pikiran itu muncul. Tapi tidak berkelanjutan, karena saya pikir, mungkin ini pikiran nakal yang muncul karena saya terlalu lama menjomblo :D .

Saya langsung mencari-cari materi tentang semantic web service di internet sekaligus mencari ebook yang bisa saya jadikan pedoman. Cukup banyak materi dan ebook yang saya dapat. Setelah saya sedikit membaca, ternyata memang materi ini cukup rumit, tapi saya yakin dapat menguasainya dalam waktu cepat. Pada bulan Oktober 2011, account facebook saya diadd oleh dia.
Singkat kata, saya dan Sh**** janjian untuk ketemu dan membahas skripsi yang dia akan buat. Itu adalah pertemuan kami yang pertama. Kami bertemu di hari sabtu, berlokasi di kampus D, gazebo samping perpus. Saya datang sedikit terlambat, sesampainya di gazebo, ternyata sudah ramai, saya tidak mengenali Sh**** itu yang mana. Akhirnya saya sms, ternyata dia ada di dekat saya :D . Setelah bertemu, dia langsung membuka binder yang berisi catatan-catatan. Dia menjelaskan kepada saya perihal skripsi yang sedang dia kerjakan. Ada satu hal yang saya ingat, semangat dia, sangat terlihat sekali di matanya, dan itu yang membuat saya semakin yakin untuk membantunya (walopun sulit). Saat itu saya masih belum mendapat gambaran apa yang mau kita buat, apakah benar semantic web service seperti yang saya baca di internet.

Saat itu kita sepakat bahwa saya akan cari dan pelajari dulu tentang semantic web service dan dia bertemu dengan dosen pembimbingnya. Ternyata dia sempat menghilang dari bimbingan cukup lama. Saya yakinkan dia untuk bertemu dengan Prof IWS untuk membicarakan isi skripsi, walaupun saat itu dia cukup takut untuk bertemu. Sampai di rumah, sayapun langsung membaca materi-materi yang sudah saya dapat sebelumnya, saat itu saya berpikir, “Sepertinya ini bukan semantic web service”. Tapi saya terus baca, belasan jurnal berbahasa Inggris saya coba pahami.

Pertemuan kami selanjutnya, masih di hari sabtu, berlokasi di kampus D gazebo samping perpus. Ternyata yang akan dia buat bukanlah semantic web service seperti yang saya bayangkan, melainkan membuat ontology dari database beberapa applikasi yang kemudian bisa dipertukarkan datanya. Sejak itu mulailah merancang-rancang bentuk ontologynya, karena sistem yang mau dibuat juga masih abu-abu, jadi progress kemajuan kita tidak terlalu signifikan. Sempat di beberapa titik dia sedikit putus asa apakah bisa menyelesaikan skripsinya ini atau tidak, tapi saya terus memberikan semangat dan keyakinan kepada dia bahwa ini pasti dapat diselesaikan sesegera mungkin dan dia dapat ikut wisuda semester ini (15 Mei 2012).

Percakapan kami mulai sering terjadi via Y!M, entah itu saat saya sedang di kantor atau di rumah. Pelan-pelan saya mulai tertarik dengan dia, keceriaan yang dia tunjukan setiap kali kita bertemu, senyumnya yang manis, wajahnya yang ternyata kalo saya perhatikan sangat cantik, benar-benar sulit saya lupakan. Percakapan Y!M awalnya hanya membahas masalah-masalah skripsi, lama-kelamaan kami lebih sering membicarakan hal lain non skripsi di Y!M, cerita-cerita seputar hobi, kegiatan sehari-hari, mulai sering kita bicarakan. Mulai timbul rasa suka kepada dia, tapi saya masih ragu apakah dia juga mempunyai rasa yang sama seperti yang saya rasakan. Saya mencoba flirting untuk mengetahui apakah dia mempunyai perasaan yang sama. Hasilnya saya merasakan bahwa saat itu dia juga suka kepada saya. Tapi saya takut, takut untuk ngungkapin perasaan itu. Lagipula saat itu kita sedang diburu waktu untuk menyelesaikan skripsinya. Alhasil saya terpaksa pendam perasaan suka ini dalam-dalam, dengan rasa penasaran yang luar biasa.

Chat pun semakin sering terjadi, terkadang sms atau telephone. Hingga suatu malam (saya lupa harinya), di tengah-tengah kita asyik chat, saya mengetikan kalimat seperti ini “Kamu jangan kaget kalo suatu saat aku bilang ‘eh cewe itu cantik ya’”, entah apa yang ada dipikiran saya waktu itu, niatnya hanya ingin bercanda, saya hanya ingin melihat tanggepan dia, tapi ternyata hasilnya di luar dugaan, mungkin inilah awalnya yang membuat hubungan saya dan dia yang saat itu semakin dekat (menurut saya) berubah signifikan. Saat itu dia marah dengan kalimat yang saya ketikan, bahkan dia berkata “saya ada kemungkinan untuk selingkuh”. Malam itu seperti disambar petir, menyadari kebodohan saya, kenapa saya bisa menuliskan hal seperti itu, itu bukan becanda namanya. Saya berusaha keras untuk menjelaskan kepada dia, berharap jangan sampai dia jadi jauh dengan saya. Saya ketikan panjang lebar, dengan perasaan takut kalo sampai dia jadi ilfil. Melihat respon dia di chat saya berpikir ini sudah selesai, dia sudah bisa pahami kenapa saya mengetikan itu.

Keesokan harinya berjalan seperti sebelumnya, kita saling chat, baik itu bahas skripsi atau bukan, sabtu pun beberapa kali kita ketemu. Semakin ke sini, perasaan saya ke dia semakin kuat, semakin sulit untuk saya pendam.

Entah saya yang meminta atau dia, kita sepakat untuk melanjutkan diskusi di rumah saya. Awalnya bingung juga tuh, boleh nga ya sama ibu saya, tapi setelah ditanyakan dia mengizinkan Sh**** untuk datang ke rumah saya. Seingat saya, kedatangan pertamanya di hari Sabtu siang, waktu itu kita hanya menghabiskan waktu diskusi di ruang tamu. Pertemuan kedua dan ketiga tidak lagi di ruang tamu, tapi di kamar adik saya (minjem mejanya). Saat itu kita sudah cukup jelas sistem apa yang akan kita buat.
Ada satu bagian yang saya lupa kapan terjadinya. Saat itu kita chat malam-malam, entah apa penyebabnya, kembali lagi kita (bisa dibilang) salah paham. Saya mengungkapkan kalo saya suka sama dia, tapi saya tidak ingin lanjut lebih jauh karena saya ingin menyelesaikan skripsinya dulu, saya mau skripsinya selesai baru saya akan membicarakan tentang perasaan ini. Saya lupa ending malam itu seperti apa.

Pernah suatu sore saat chat di kantor, entah apa yang mengawalinya, dia menanyakan alasan saya suka kepadanya. Bingung saya mau menjawab apa, saya bilang kepada dia bahwa akan saya jawab via tlp sesampainya saya di rumah. Dan saat saya tiba di rumah, sekitar jam delapan malam, saya telepon dia. Dengan perasaan dag dig dug saya jelaskan alasan saya menyukainya, ini adalah pertama kalinya saya menyampaikan perasaan saya ke dia langsung (dengan ucapan maksudnya). Di pembicaraan tersebut saya katakana kepada dia bahwa saya akan sambung pembicaraan ini saat kita ketemu, maksudnya waktu itu saya mau tembak dia bukan by phone. Akhirnya kami bertemu, saat itu sudah bukan di ruang tamu atau kamar adik saya lagi, tapi sudah pindah ke kamar saya. Sangat ingin rasanya saya berkata kepada dia “Sh**** mau nga kamu jadi pacar aku”. Tapi setiap kali saya mau ucapkan, lidah ini rasanya kaku sekali, saya ingat ada 3 moment dimana saya ingin katakana hal itu kepada dia, tapi ternyata gagal dan selalu gagal.

Saya berpikir, ya sudahlah, nanti saja saya tembak pas uda selesai sidangnya, sekarang biar dia cepet acc dulu. Singkat cerita applikasi dia sudah jadi dan berjalan, tinggal kami kerjakan penulisan, tidak terlalu lama mengerjakan ini. Saya lupa tanggal berapa dia di acc, waktu itu dia sidang tanggal 31 Maret 2012. Sebenarnya saya ingin sekali datang ke Kenari untuk menemani dia sidang dan tentunya ingin menyatakan cinta setelah selesai pengumuman kelulusan. Tapi dia melarang saya datang, dia khawatir karena malam sebelumnya di sekitar gedung MPR terjadi rusuh demo BBM. Dengan berat hati saya ikuti kemauan dia.

Sabtu 31 Maret 2012, saatnya dia sidang, mulai pagi saya terus kepikiran dia, sampai akhirnya sore hari sekitar jam setengah 4 dia mengabarkan bahwa dia sudah lulus. Senang rasanya hati ini, melihat orang yang saya sayang selama ini berhasil menyelesaikan skripsinya yang sudah lama tertunda. Ada sedikit kesalah pahaman via sms antara saya dan dia sore itu. Malam harinya, di tengah kegelapan malam (karena saya ikut menyukseskan Earth Hour) saya menelpon dia. Cukup panjang pembicaraan malam itu. Seinget saya, saya meminya ketemuan dengan dia hari Sabtu 7 April 2012 untuk membicarakan tentang pembicaraan alasan perasaan suka saya waktu di telepon dulu. Dia setuju, saya senang mendengarnya, karena saya pikir penantian saya selama beberapa bulan ini akan berakhir.

Sabtu 7 April 2012, saat yang saya tunggu-tunggu. Saya sampai di kampus D sekitar jam 09:30, ternyata dia belum mulai UM, saya temui dia di gedung 2 lantai 2. Berapa lama kemudian dia masuk untuk UM, saya menunggu di luar sambil membaca UG News. Sekitar setengah jam, dia keluar dan mengajak saya jalan untuk mencari minum. Tapi sebelumnya dia ingin ke toilet, kita naik ke lantai 3 gedung 4. Setelah itu kita jalan ke belakang untuk minum es kelapa. Nah saat itu saya bingung luar biasa, apakah saya akan mulai pembicaraan sekarang, atau nanti. Karena situasinya kan ramai. Mungkin sekitar dua puluh menit kita ngobrol nga jelas di situ, kita lanjut untuk cari makan berat. Niatnya mau cari steak, tapi jalannya cukup jauh. Saya sarankan kita ke Detos ajah karena banyak pilihan. Lanjutlah kita jalan ke Detos. Sepanjang perjalanan ke Detos, saya terus berpikir bagaimana caranya saya bilang kepada dia, bingung, luar biasa bingung.

Sesampainya di Detos, kita muter-muter sebentar untuk cari makanan yang enak. Dia putuskan untuk makan steak mon mon (bener nga yah tulisannya begini). Duduklah kita di salah satu meja. Dari hati yang paling dalam, teriaklah suara untuk saya segera memulai pembicaraan. Tapi saya takut, saya bingung apa yang harus saya katakana kepada dia. Banyak pikiran melintas di kepala saya waktu itu. Sampai setaknya habis kita makan, saya belum juga memulai pembicaraan yang saya inginkan. Dia juga mengingatkan beberapa kali kalau ada hal yang saya mau bicarakan. Karena sudah terlalu lama duduk, akhirnya kita pindah, dia mau cari makan lagi, jalanlah kita ke margo city. Kaki saya serasa lemas, tangan saya dingin (sambil menggulung-gulung UG News yang saya bawa), kenapa saya tidak berani juga, ini kan hari yang sudah saya tunggu.

Sampai lah kita di margo, cari-cari lagi tempat yang enak. Dalam hati “saya mau tempat yang sepi, tapi qo rame banget di sini”. Akhirnya di memilih untuk membeli breadtalk, dan karena nga ada tempat duduk, akhirnya kita k JCO untuk beli JCOOL sekalian numpang duduk di sana. Kita pilih sofa yang dipojokan, saya awalnya senang, karena ini tempat cukup terpencil, jadi nga terlalu ramai juga. Selesai dia memesan JCOOL, ngobrol lah kita, dia juga beberapa kali menanyakan apa yang mau saya bicarakan dengan dia. Tapi lagi-lagi lidah saya kaku untuk bicara, kaki saya terasa lemas, dada ini sesak sekali, saya ragu dan tidak berani. Semakin lama semakin membuat saya frustasi, saya tidak juga memulai pembicaraan yang saya inginkan. Sampai akhirnya kami putuskan untuk pulang, ingin menjerit rasanya hati ini melihat kenyataan saya tidak dapat mengungkapkan perasaan saya. Sepanjang perjalanan saya bingung apa yang harus saya lakukan, haruskah saya gagal, tapi saya tidak mau. Tidak berapa lama kita sampai ke depan kampus D dan dia pulang menggunakan angkutan arah Lebak Bulus. Sekali lagi saya ingin teriak, ingin nangis, kenapa akhirnya saya gagal ungkapkan perasaan saya.

Berat hari, saya langkahkan kaki ke parkiran untuk mengambil motor, sebenarnya saya sudah siapkan dua helm, satu untuk dia (saya niatnya mau antar dia pulang ke kosan). Sepanjang perjalanan saya terus berpikir, kenapa saya harus seperti ini, hanya untuk mengungkapkan perasaan saja saya gagal, benar-benar payah. Di tengah jalan saya sms dia untuk meminta maaf karena saya tidak jadi untuk berbicara kepada dia hari itu. Satu jam kemudian saya tiba di rumah, dengan perasaan yang sudah tidak jelas saya masuk ke dalam kamar. Ingin saya menangis, tapi air mata ini tidak keluar. Saya sms dia untuk menanyakan apakah besoknya saya bisa menemui dia di kosan, saat itu saya berniat untuk menyelesaikan ini semua, saya mau ungkapkan perasaan saya dan tembak dia.

Sms saya tidak berbalas, saya semakin gelisah, apakah dia benar-benar marah kepada saya. Saya putuskan untuk menelpon dia, beberapa kali saya telpon tidak mendapat jawaban. Sampai akhirnya sekita jam 19:00 telepon saya dijawab, betapa kagetnya, yang berbicara di ujung telepon sana adalah seorang pria. Kecurigaan saya selama ini sepertinya benar.

Yang membuat saya ragu selama ini untuk mengungkapkan perasaan cinta kepada dia adalah kecurigaan saya kalau di belakang saya, ada pria lain yang mendekati dia, dan dia lebih memilih pria itu daripada saya. Tapi selama ini saya menepis kecurigaan itu dengan manaruh kepercayaan dan harapan besar kepada dia.

Setelah mendengar suara itu, hari saya menjadi kacau, pikiran kalut, bingung mau berbuat apa. Saya putuskan untuk menelpon dia kembali jam 22:00 untuk melakukan klarifikasi atas kecurigaan saya itu. Sambil menunggu waktu, saya bermain game dan menonton tv.

Tibalah jam 22:00, saya telpon dia, mulanya saya meminta maaf karena tadi siang tidak jadi bicara dengan dia. Kemudian saya menanyakan kenapa apakah dia baru pulang jalan dengan pria tadi. Saya cukup terkejut mendengar bahawa pria tadi baru saja berkunjung k kosannya. Rasa takut saya semakin tinggi, apakah benar ada pria lain di belakang saya selama ini. Akhirnya saya lakukan klarifikasi terhadap kecurigaan saya itu. Seperti ditindih gunung yang besar, ternyata kecurigaan saya selama ini, yang saya selalu tepis akhirnya jadi kenyataan. Dia menjelaskan kepadaku bahwa ada suatu saat dimana dia akhirnya kehilangan rasa terhadap saya karena kesalahan yang secara tidak sadar saya lakukan. Mendengarnya, hati ini seperti ditusuk ribuan duri kecil. Kalau main DoTA istilahnya double kill, pertama kecurigaan saya terbukti benar, kedua ternyata dulu dia pernah ada rasa terhadap saya tapi akhirnya hilang. Saya ingin nangis tetapi air mata ini tidak keluar juga, saya hanya bisa berbaring lemah di kasur melihat kenyataan pahit ini. Saya lanjut menanyakan apakah dia sudah jadian dengan pria itu, dan ternyata jawabannya adalah ‘iya’. Seperti sudah kehabisan engergi kehidupan, pandagan saya kosong, pikiran saya kacau, dada terasa sangat sesak. Semua yang saya harapkan hancur dalam satu malam. Dengan berat hati saya akhiri pembicaraan telpon malam itu.

Mulai dari selesai berbicara dengan dia sampai tulisan ini saya ketik, perasaan saya masih kacau. Terutama perasaan menyesal saya, kenapa tidak dari dulu saya ajak dia berkomitmen, saat awal-awal saya mulai ungkapkan sedikit perasaan saya ke dia.

Saya teringat salah satu dorama (drama jepang) yang kisahnya mirip sekali dengan kisah yang saya tuliskan ini. Judulnya Proposal Daisakusen, kisah dimana seorang pemuda Jepang yang suka terhadap seorang teman wanitanya. Sejak dari SD mereka selalu bersama, sampai kuliah, banyak moment dimana si pemuda ingin mengungkapkan perasaannya kepada si wanita, tetapi tidak terwujud, dan ternyata si wanita selama itu pula menunggu kapan si pemuda ini mengungkapkan perasaannya.

September 2011 – April 2012. Sekitar tujuh bulan kita selalu bersama, saat dia down, saya selalu kasih support supaya cepat bangkit lagi. Saya selalu berusaha yang terbaik untuk dia. Walaupun saya cukup sibuk dengan kerjaan, tapi saya cari-cari waktu luang untuk menyelesaikan applikasinya. Setiap berdiskusi saya selalu sabar menjelaskan kepada dia, saya ingin dia benar-benar paham applikasinya, walaupun dia saat itu kurang bisa membuat program. Saya hanya ingin melihat dia bahagia, saya kesampingkan perasaan suka saya ke dia.

Tapi sekarang saya menyesal, sangat menyesal. Kenapa tidak saya ungkapkan sejak awal, padahal saya yakin dia juga punya rasa yang sama seperti yang saya rasakan.
Dari pengalaman yang saya alami ini, saya ingin menyarankan beberapa hal:
Untuk pembaca pria:
Apabila anda mempunyai perasaan suka terhadap wanita, sebaiknya segera anda ungkapkan kepada dia, jangan tunggu ini itu lagi. Jangan sampai akhirnya wanita itu berpaling kepada pria lain. Lebih baik anda ditolak di awal, daripada mengalami nasib seperti saya. Rasa sakitnya tidak bisa tergambarkan
Untuk pembaca wanita:
Tolong hargailah perasaan kami kaum pria. Apabila memang anda sudah tidak punya rasa dan pria tersebut sedang berusaha mendekati anda, sebaiknya anda langsung melakukan penolakan secara halus dan jelas. Jangan sampai pria tersebut larut di dalam perasaan cinta yang terus-menerus dan akhirnya hanya harapan kosong yang didapat

Minggu 08 April 2012 jam 18:30. Saatnya saya mengakhiri tulisan ini.
Buat Sh**** apabila membaca cerita saya ini. Saya ingin kamu tahu bahwa saat ini yang menghantui pikiran saya adalah perasaan menyesal, menyesal kenapa tidak dari awal saya ungkapkan perasaan ini langsung ke kamu. Saya yakin akan menjadi happy ending jika dulu saya berani mengungkapkan perasaan ini ke kamu.
Di telpon dan facebook saya berkata “Selamat tinggal Sh****”, bukan berarti saya akan benar-benar hilang, memutuskan pertemanan kita. Saya masih tetap ada di sini. Allah pasti punya rencana terbaik untuk saya dan kamu.
Manusia hanya bisa berencara, tapi Allah yang menentukan. Saya selalu berdoa agar saya dapat mendapatkan hikmah dari semua rentetan kejadian yang saya alami.
Saya juga yakin kalo jodoh ada di tangan Allah, seberapapun jauh dia berada, kalau memang jodoh pasti akan ketemu juga. Mungkin saja kamu bukan jodohku, atau memang kamu adalah jodohku tapi Allah punya kehendak lain. Saya hanya bisa berdoa yang terbaik buat kita. Pilihan Allah adalah yang terbaik.
SELESAI
Cerita ini hanya sebagai gambaran saja.
Created By : Eko Wahyono

Posting Komentar

0 Komentar