KASIH SAYANG
Kasih sayang adalah salah satu bentuk pengorbanan dalam hidup manusia. Salah satunya kasih sayang untuk saling berbagi.  Berbagi merupakan topic yang tidak ada habis – habisnya untuk  direnungkan. Perenungan itu berwujud sebagai implementasi tingkah laku  manusia. Semakin banyak memberi, semkin tidak akan merasa kekurangan.  Namun saat ini banyak individu yang mau memberi untuk mencapai  popularitas diri. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari  luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya  ketika seseorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui  oleh orang lain. Berbagi yang dilandasi oleh cinta yang tulus akan  membuahkan keserupaan. Mereka yang saling berbagi akan memiliki kepekaan  yang tinggi untuk memahami kebutuhan dan keinginan pasangan lainnya.
Kasih sayang berasal dari keluarga, seperti seorang ibu.  Monumen keindahan kasih ibu dibangun diatas kecupan sayang, dekapan  hangat dan cerita – cerita indah yang mengalir sejuk membentuk atmosfer  kehangat dirumah maupun dikantor. Untaian doa yang dipanjatkan kepada  sang pencipta akan jauh lebih banyak dibandingkan sekedar kasak – kusuk  kesana kemari untuk mengatrol kedudukan sang suami. Begitu juga dengan Ayah. Ayah adalah kepala rumah tangga untuk ibu ( istrinya ) dan sebagai Tuhan  bagi anak – anaknya. Bagi ayah bekerja tidak akan memberikan investasi  lebih permanent jika dibandingkan dengan memberikan waktu yang cukup  untuk anak dan keluarga.
Dalam wujud kasih sayang bisa juga berupa hukuman  yang memang merupakan salah satu alat yang ampuh untuk menegakkan  disiplin seseorang, baik dilingkungan keluarga maupun perusahaan.  Pemberian hukuman seyogianya tidak mengamputasi motivasi seseorang  melakukan yang terbaik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun perusahaan.  Di sinilah keteladanan dimulai. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa aturan  dibuat untuk semua, diberlakukan pada semua lapisan, dan konsekuensi  pelanggaran aturan juga diterima oleh semua tanpa memandang jabatan,  senioritas maupun popularitas, serta kekayaan.
Hukuman diberlakukan dimana saja baik diperusahaan, sekolah, perintahan, sampai dirumah.  Rumah adalah tempat dimana pertama kali kita mengenal arti kasih  sayang, tempat tinggal yang mempertemukan seluruh anggota keluarga yang  penuh kehangatan. Bagi seorang anak, rumah merupakan jenjang pendidikan  pertama sebelum menapaki pendidikan formal dan masyarakat, dimana kedua  orangtuanya menjadi guru terbaiknya. Sedangkan bagi orang tua, rumah  merupakan laboratorium untuk melatih sikap mental yang benar dalam  memahami hubungan antar manusia. Bahkan, beberapa ahli melihat, rumah  merupakan leadership training center bagi seorang pemimpin,  dengan asumsi bagaimana mungkin seseorang bias memimpin sebuah  organisasi dengan baik jika rumahnya sendiri sulit dipimpin. John C.  Maxwell, dengan indahnya pernah berkata, “ Yang jelas, ada koreksi  antara sukses keluarga dan sukses pribadi “.Berada dirumah memang bukan  segala – segalanya, namun penting. 
Kehangatan  rumah, yang di dalamnya tebentuk jalinan komunikasi harmonis dan saling  memperhatikan, akan memperkuat setiap individu yang ada di dalamnya  menghadapi sejumlah tantangan di luar. Ketika suatu saat kita ditanya,  apa yang paling membuat kebahagian manusia saat ini. Mungkin jawaban  yang paling tepat adalahdengan memberi kebahagian bagi orang lain.  Memberi memang lebih indah daripada menerima.
Tidak  selamanya hidup ini stabil, ada saatnya kita mengalami goncangan hidup.  Jabatan, kekayaan, dan fasilitas yang dimiliki saat ini merupakan “  baju “ yang bias dilepas setiap saat. Namun, kebahagian yang diperoleh  melalui memberi dengan tulus adalah sesuatu yang abadi. Dalam hidup ini kekuatan cinta  kasih adalah “ mukjizat “. Mukjizat dan pertolongan Sang Khalik,  terkadang datang secara tidak terduga, namun selalu tepat, tidak pernah  terlalu cepat dan tidak pernah datang terlambat. Manusialah yang  terkadang mempersepsikannya berbeda – beda.
Keserakahan,  cinta akan uang, cinta akan kekuasaan maupun kehausan akan seks, inilah  yang membuat benih – benih cinta kasih tersebut sulit tumbuh dalam  wujud tingkah laku.Cintah kasih, indentik dengan pengorbanan dan  sentuhan yang sungguh – sungguh dari seseorang terhadap orang lain.  Tanpa pengorbanan dan ketulusan untuk rela memberi tanpa pamrih, cinta  kasih menjadi bahasa yang tidak memiliki makna apa –apa. Lalu dimanakah  kekuatan cinta itu? Kekuatan dahsyat tersebut dapat dirasakan ketika  kita mengasihi dan mencintai diri kita sendiri. Buah tingkah laku  sebagai wujud cinta kasih seperti ini akan terasa lebih manis, karena  cinta kasih yang disalurkan sudah menjadi wujud ungkapan syukur atas  kasih sayang Ilahi yang telah diterima selama ini.
Keindahan hidup  dapat kita rasakan manakala kita lebih banyak memberi daripada sekedar  menerima. Terkadang tindakan memberi yang terbaik kepada orang lain  terkesan merugikan diri sendiri, namun kebahagian yang diperoleh sebagai  dampak dari memberi inilah yang tidak ternilai harganya. Hati yang mau  memberi dimulai dari hati yang terbuka untuk berempati kepada orang lain  yang memerlukan uluran kasih. Hati yang tergerak untuk berempati kepada  orang lain adalah hati yang telah digerakan oleh ucapan syukur atas apa  yang telah terima selama ini dalam kehidupannya, baik itu kesehatan,  jabatan, maupun kecukupan lainnya. Sesunguhnya, memberi tidak selalu  dalam bentuk uang dan barang. Senyuman yang tulus, sapaan yang menghibur  dan menguatkan, telinga yang mau mendengarkan, uluran atau pelakuan  hangat yang meneguhkan, serta bimbingan yang proposional, merupakan  bagian dari uluran kasih untuk memberi kepada orang lain. Sukses  kita dalam menjalani kehidupan ini bukan dari pada apa yang sedang dan  akan kita raih, melainkan dari seberapa banyak yang sudah kita berikan  untuk sesama. 
KOMUNIKASI
Dalam kehidupan perusahaan secara makro mirip sekali dengan kegiatan arung jeram.  Ditengah – tengah ombak ketidakpastian maka semua pegawai seyogianya  tunduk dan taat pada system, aturan, dan prosedur yang berlaku secara  konsisten dan konsekuen. Tidak ada kesempatan untuk mencari pembenaran,  apalagi untuk mengelak. Satu – satunya cara untuk melewatinya adalah  dengan melewatinya dengan cara memelihara kekompakan tim. Ketika ada  banyak jeram yang harus dilewati, berdasarkan kompetensi dan analisis  kemampuan tim, dia pun mampu melewatinya dengan efektif. Oleh karena  itu, dalam mengarungi “ jeram “ perusahaan yang semakin kompetitif saat  ini, tidak ada pilihan lain selain para pemimpin ditiap lini haruslah  orang yang berkompeten. Nikmatnya menjalani kehidupan perusahaan kita  adlah justru karena setiap waktu kita berhadapan dengan jeram – jeram  kehidupan perusahaan kita adalah justru karena setiap waktu kita  berhadapan dengan jeram – jeram kehidupan bisnis yang selalu berubah –  ubah. Disinilah kekompakan tim diuji, kompetensi pemimpin diasah, serta sikap mental diarahkan lebih positif.
Komunikasi,  merupakan kata kunci dan tindakan penting dalam membentuk, memelihara,  dan meningkatkan kualitas hubungan antar manusia. Banyak hubungan bisnis  terputus hanya karena kesalahan dalam berkomunikasi, keluarga menjadi  retak bahkan nyaris berantkan karena komunikasi. Sukses tidaknya suatu  kebijakan yang mengarah pada perubahan, entah itu yang menyangkut  perubahan dalam lingkungan perusahaan maupun kebijakan dirumah, kuncinya  adalah sosialisasi ( komunikasi terbuka ) yang menjadi tolok ukur  berhasil tidaknya implementasi kebijakan tersebut.
Begitu  pentingnya komunikasi sehingga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan  keterampilan komunikasi terus menerus mengalami perkembangan, baik  berbasis teknologi maupun dengan hati ( by heart ), pendekatan sentuhan (  human tuch ) tetap memegang peranan. Dari sini tampak bhawa komunikasi  merupakan upaya, keterampilan, pengorbanan, serta dorongan kejernihan  hati untuk mau membuka percakapan dan mendengarkan orang laindengan  lebih seksama. Tulus “ sincere “ adalah kata yang abadi  dalam membina hubungan antar manusia. Bahkan, ketulusan merupakan bahasa  yang dapat didengar oleh orang tuli dan perbuatan yang dapat dilihat  oleh orang buta. Nilai yang terkandung dibalik ketulusan adalah  kejujuran dan integritas. Ketulusan adalah Inside Out (  dari dalam keluar ), bukan kebalikannya. Ketulusan yang sungguh –  sungguh dan konsisten akan meruntuhkan nilai – nilai kesombongan dan  menetralisir kecenderungan untuk menonjolkan diri, sehingga setiap  pribadi yang tulus menjadi pribadi yang matang dan disenangi oleh  lingkungannya.
Upaya  yang dilakukan untuk meningkatkan nilai ketulusan ini salah satunya  dengan meningkatkan aktivitas spiritual, bergaul dengan orang –orang  yang tulus, membaca buku –buku bermutu, dan melatih diri untuk tulus dan  ketulusan anda akan mendatangkan banyak teman dan handai taulan.
Cobalah  kita cermati salah satu contoh dari mejalin sebuah komunikasi yaitu  Panjat pinang yng mengambarkan kehidupan manusia yang turun naik, tidak  stabil dan seimbang. Ada kalanya seseorang berada dalam puncak karier  dan kejayaan, namun ada kalanya berada pada titik terendah dalam hidup.  Itulah sebanya tidak ada yang konstan dalam kehidupan ini. Mengucapkan  syukur untuk stiap hari merupakan langkah yang paling baik untuk bias  melalui kehidupan ini dengan penuh kebahagiaan. Jika kejayaan dan  ketenaran tidak ada yang konstan, maka penderitaan dan kegagalan pun  demikian, tidak ada yang bertahan selama – lamanya. Billi S. Lim mengatakan bahwa “ kegagalan tidak berhenti dikegagalan, dia hanya menumpang lewat saja dalam diri manusia “. 
Oleh  karena itu, hidup ini berputar, sudah seyogianya setiap orang saling  merendahkan hati dan menganggap orang lain lebih penting dari dirinya  sendiri. Kunci kerendahan hati inilah yang selanjutnya mendorong  seseorang untuk mampu melayani satu sama lain. Dalam era persaingan  seperti ini, tidak tepat rasanya jika masih ada segelincir individu yang  menganggap korsanya lebih penting dari yang lain. Tinggal bagaimana  kita menempatkan orang – orang yang tepat pada tempat yang tepat supaya  terjadi pelipatandaan manfaat kompetensi.
Memang  manusia pada dasarnya adalah cenderung untuk mementingkan  kepentingannya sendiri. Ketika ancaman datang, maka kegiatan untuk  menyelamatkan diri juga merupakan bagian dari sifat dasar tersebut. Akan  tetapi, jika hal ini terus menerus dan menjadi warna tingkah laku  sendiri, maka hal inilah yang dikenal dalam management sebagai Safety Player ( pemain yang selalu mencari keselamatan dirinya sendiri ).  Ternyata tidak ada korelasi yang positif antara jabatan, uang maupun  jenjang pendidikan untuk mau berkorban bagi orang lain. Pengorbanan yang  dilakukan manusia terhadap orang lain tentu akan memperoleh pahala yang  setimpal dari Sang Khalik tepat pada waktunya. 
Dunia  ini sudah semakin bertumbuh dalam keegoisannya, hubungan antar manusia  semakin kering, tingkat persaingan semakin tinggi dan kemajuan teknologi  yang telah memungkinkan manusia untuk tidak berhubungan dengan orang  lain tanpa melalui tatap muka atau bersalaman. Tak heran diperlukan  seorang sahabat yang menjadi teman setia dikala suka  maupun duka. Tapi menjadi sahabat justru di kala mereka dalam keadaan  susah dan berduka menjadikan nilai persahabatan tersebut begitu tinggi.  Dalam dunia yang semakin “ bengkok “ ini, intisari persahabatan acapkali  dibungkus oleh harapan – harapan pamrih untuk jangka panjang.  Persahabatan sejati tidak melihat hasil dan buah dari persahabatan  tersebut, namun kedua belah pihak menikmati proses yang terjadi sebagian  bagian dari tugas kehidupan. Itulah sebabnya Richard Excely ( 2002 ) mengemukakan  “ Sahabat sejati adalah orang yang mau mendengar dan mengerti ketika  anda mengungkapkan perasaan anda yang paling dalam “. Dari  hubungan komunikasi ini sudah seharusnya kita memiliki jiwa besar,  berpikiran positif terhadap apapun yang dapat mendukung kita untuk dapat  terus menjalin komuikasi dengan baik. Terjalinnya komunikasi yang baik  dapat membuahkan hasil untuk kelangsungan hidup kita.
MOTIVASI
Dalam  kehidupan ini, jika kita sudah memulai sesuatu ( tentu berdasarkan  pertimbangan yang matang ) adalah memadamkan semua kemungkinan untuk  kembali. Beberapa ‘daya tarik’ yang mampu menarik kita untuk kembali  adalah keterkaitan pikiran dan nostalgia kesukseskan masa lalu dan  fasilitas yang mungkin masih terkenang dengan segala kemudahan. Daya  tarik yang demikian membuat pikiran kita yang sedikit banyak akan  menciutkan nyali untuk menerima tantangan yang ada dimata kita. Itulah  sebabnya, kata – kata yang sering muncul dalam kondisi demikian antara  lain : ‘dulu’ atau ‘seandainya’
Bahkan,  ketika perjalanan kita harus mengalami peubahan rute pun, kembali  kejalan awal merupakan pantangan kecuali jika mengalami hal – hal yang  memang di luar rencana dan kekuasaan manusia. Inilah yang pernah  dikatakan oleh Isabel Moore, “Kehidupan ini ibarat jalan satu  arah, seberapa banyak pun perubahan rute yang anda tempuh, tidak satu  pun akan membawa anda kembali. Begitu anda mengetahui akan tampak  menjadi jauh lebih sederhana”.
Dalam  skala perusahaan, hasil rapat kerja yang telah menghasilkan keputusan  strategis, tentu sudah saatnya dieksekusi (dijabarkan, disosialisasikan,  dan diimplementasikan,- Ed.) dengan bijak. Menghambat pengeksekusian  tentunya akan menghambat berputarnya kinerja perusahaan kearah lebih  baik, apalagi berpikir untuk kembali melaksanakan pekerjaan yang tidak  diprogramkan. Walaupun prinsip ‘terus maju’ tidak terlepas sari berbagai  risiko, namun perencanaaan yang matang merupakan bagian yang  proposional untuk mengantisipasi sejumlah risiko yang ada.Kalupun  terlalu berat, paling mengubah rute perjalanan.yang penting bukan dari  mana memulai, melainkan di mana kita berakhir. Inilah yang menggambarkan  diri kita sebenarnya
Kehidupan  manusia adalah kehidupan yang ‘jatuh bangun’. Bukan perkara bagaimana  kita gagal atau menghadapi masalah, namun yang terpenting adalah  bagaimana kita bangkit dari kegagalan tersebut dan mulai melakukan  pembaharuan agar hal serupa tidak terulang kembali. Pada kenyataannya,  ada begitu banyak manusia yang dengan mudah melakukan vonis terhadap  dirinya sendiri dan sekaligus memastikan bahwa dia tidak bias melakukan  apa – apa, lantaran sudah pernah melakukan kesalahan yang fatal.  Keberhasilan bukan di ukur dari posisi yang telah dicapai seseorang  dalam kehidupan, melainkan dari rintangan – rintangan yang diatasinya  saat berusaha untuk berhasil. Di sinilah letak nilai kehidupan  yangbermakna tersebut.
Pengalaman bukanlah apa yang terjadi pada seseorang, melainkan apa yang dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi padanya. Mungkin itu pengalaman pahit yang menyisahkan duka atau pengalaman manis yang memotivasi  kita untuk membuat hidup lebih hidup. Manusia ( bukanlah gajah ) diberi  akal, hati nurani, dan dorongan oleh Sang Pencipta untuk bangkit dari  setiap kegagalan dan peristiwa yang begitu menekan. Tidak ada masalah  yang terlalu besar untuk dihadapi, tidak ada langkah yang terlalu  panjang untuk dihadapi, tidak ada orang yang terlalu sulit untuk  dihadapi ketika kita mampu menyikapi setiap peristiwa yang terjadi  dengan yang jernih dan kepala dingin. Kekuatan terbesar untuk  menyelesaikan pekerjaan adalah pada saat kita berani untuk memulainya.  Langkah berikutnya adalah dengan selalu membuka jalinan silahturahmi  dengan orang lain untuk membagi pengalaman (sharing). Dalam percakapan  yang berbagi tersebut, setidaknya mengurangi beban mental dan  memungkinkan kita menemukan solusi untuk bangkit. Orang tidak dapat  menemukan lautan biru kecuali ia memiliki keberanian untuk tidak melihat  pantai.
Motivasi  akan memberikan kita keinginan dan dorongan maksimal. Pelatihan akan  memberikan kita cara menghadapi tantangan, dan gabungan antara motivasi  dengan motivasi dengan pelatihan akan memberikan ide – ide kreatif untuk  melewati tantangan. Itu semua komitmen, disiplin, dan tanggung jawab  akan membekali kita dalam menghadapi masa – masa sulit kehidupan. Semua  liku – liku kehidupan sesungguhnya telah diatur Sang Khalik sehingga  tidak melewati batas kemampuan kita sebagai manusia.
Salah  satu unsur terpenting yang kita perlukan untuk memecahkan masalah –  masalah yang ada disekitar kita, baik itu pekerjaan, masalah keluarga,  maupun problem pribadi adalah bagaimana kita memandang masalah tersebut.  Cara pandang ini sangat dipengaruhi oleh informasi apa yang selama ini,  secara terus menerus, masuk ke dalam pikiran kita. Bila kita telaah  lebih dalam, sesungguhnya hanya lewat cara pandang yang positif  seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau tidak. Orang  yang memiliki cara pandang positif pada umumnya sangat alergi dengan  urusan pamrih atau imbalan. Baginya, menyelesaikan pekerjaan adalah the way of life (cara hidup) bukan how to life (bagaiman hidup). Cara  pandang yang positif ini akan sangat mempengaruhi efktivitas kerja dan  akan memampukan kita untuk selalu optimis memandang situasi dan kondisi  yang sedang terjadi di tengah lingkungan kita. Pepetah cina mengatakan,  “daripada mengutuki kegelapan, lebih baik ambil sebatang lilin dan  nyalakan.” Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta  mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan  itu dapat diatasi. Melihat yang negatif tetapi menekan yang positif.  Menghadapi yang terburuk, namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai  alasan untuk mengetahuibtetapi memilih untuk tersenyum.
Di  lain pihak, dari sisi bisnis, tentu setiap orang pun dapat melihat  dengan cara pandang yang berbeda terhadap situasi yang melanda  perusahaan. Perkembangan perusahaan bisa bertahan (survive) dan bertumbuh (growth)  atau tidak, juga bergantung bagaimana karyawan memandangnya. Dalam  kehidupan hubungan antar pegawai pun demikian. Cara kita memandang orang  lain akan sangat mempengaruhi bagaimana hubungan kita dengan orang  tersebut selanjutnya. Ada saja orang yang terkuat pada sisi negatif  orang lain dibandingkan potensi – potensi yang masih dimilikinya. Satu  langkah penting untuk melaluinya dengan efektif adalah dengan  memaknainya pada sisi yang masih terisi. Melalui pemaknaan yang  demikianlah kita mampu berbuat kreatif dan berbuat banyak bagi  perusahaan, keluarga, dan diri sendiri.
Terkadang  dalam menjalankan aktivitas sehari – hari, diperlukan dorongan  (motivasi) yang kuat untuk membuat seseorang lebih berani dalam upaya  dia memenuhi kebutuhannya. Arti mendasar dari dorongan adalah keberanian  untuk bertindak. Baik para orang tua maupun pemimpin perusahaan perlu  memberikan “trigger”(pemicu). Pemicu ini dapat berupa dorongan ancaman dan menakutkan (fear motivation) seperti ancaman sanksi jika tidak melanggarnya, selain itu ada juga dorongan berupa inspirasi (inspiring motivations) seperti  memberikan arahan/cerita – cerita atau memberikan teladan dengan  terlebihdahulu si pemberi tugas melakukannya. Meskipun para ahli  mengatakan bahwa yang efektif adalah dorongan inspiratif, namun  sebenarnya sifatnya sangat situasional tergantung dari karakteriktik  karyawan atau anak serta kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan.  Dorongan – dorongan yang ada dalam diri untuk berkarya akan mewarnai  sejauh mana tingkah laku profesionalisme seseorang.
Salah  satu sifat manusia yang hingga kini masih mewarnai pergaulan adalah  seseorang lebih mudah dan menyenagkan menceritakan hal – hal negatif  tentang orang lain dari pada yang positif. Inilah reallitas hidup  manusia. Adakalanya kita perlu “tuli” untuk tidak mendengar  segala pembicaraan negatif (gosip) yang justru menhambat laju  perkembangan kita diperusahaan, keluarga maupun masyarakat. “Tuli” bukan  berarti kita menjadi pura – pura tidak tahu akan isu yang berkembang.  “Tuli” berarti, kita melakukan intropeksi diri terhadap isu yang  berkembang, dan jika tidak benar maka jadilah “tuli” yang benar. Tidak  perlu berlindung dibalik punggung orag lain untuk emnutupi kesalahan  diri. Jadilah “tuli” untuk hal – hal negatif yang tidak jelas kebenaran  dan asal usulnya, serta bukalah telinga selebar – lebarnya untuk orang  lain dan untuk instropeksi diri.
Biasanya,  sebagian orang tidak siap menghadapi perubahan mendadak yang dapat   menganggu kenyamanannya dalam hal apa pun. Reaksi penolakan merupakan  hal yang manusiawi, namun kejernihan berpikir akan membantu kita malihat  masalah tersebut dengan objektif dan berusaha bangkit. Dari sekian  banyak tantangan hidup yang kita alami, pasti ada bagian – bagian yang  masih bisa kita ubah, setidaknya diri kita sendiri dalam merespon segala  sesuatu yang terjadi. Kehidupan terbentuk bukan karena kita memegang  kartu yang baik, melainkan memainkan dengan baik kartu yang kita pegang.  Berarti yang penting bagaimana kita “memainkan” kehidupan ini dengan  cantik dan harmonis dalam koridor dinamika suka dan duka. Dalam  kejernihan hati dan fantasi kreatif, masalah perusahaan bisa kita  jadikan sebagai tugu peringatan sekaligus simbol transformasi menuju  kearah yang lebih profesional dan memiliki keunggulan bersaing secara  profesional.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara percaya dengan mempercayakan.  Jika hidup hanya sekedar percaya berarti menunjukan penyerahan diri  yang tidak lengkap terhadap apa yang kita percaya. Hidup sekedar percaya  tidak menuntut komitmen penuh. Dilain pihak lain, “percaya” merupakan  langkah awal sebelum masuk pada “mempercayakan”. Hidup yang  mempercayakan bukan merupakan penyerahan secara total kehidupan kita  setelah kita mengetahui siapa yang kita percayai.
PROFESIONALISME
Setiap  manusia dikaruniakan oleh Sang Pencipta kemampuan untuk menghasilkan  yang terbaik bagi lingkungannya. Dengan kata lain, dalam setiap diri  manusia mempunyai benih – benih untuk sukses. Jika benih kemampuan  sukses ini direnungkan, disadari, dan dijalankan dengan baik, maka akan  melahirkan standar – standar kehidupan yang dapat diukur serta dicapai  dengan baik pula. Masalahnya sekarang, banyak diantara kita lebih senang  menggunakan standar keberhasilan atau kegagalan orang lain untuk  diterapkan pada dirinya. Hal ini sangat berbahaya, karena perlahan –  lahan mereka yang menggunakan standar orang lain akan kehilangan jati  diri dan ketidakmampuan membangun kepercayaan diri untuk maju. Ketika  orang menyadari potensi dan pribadinya yang unik serta mampu menetapkan  standar bagi dirinya sendiri, maka dia akan disibukkan dengan pencapaian  cita – cita yang sudah ditetapkan. Sedangkan implemantasi pencapaian  cita – cita tidak akan terlaksana dengan baik jika dia tidak melibatkan  orang lain sebagai suatu mitra.
Setiap  orang pasti mengalami permasalahan dan beban hidup yang silih berganti,  baik dalam urusan pekerjaan, keluarga, maupun kehidupan pribadi. Orang –  orang disekeliling kita mengharapkan keharuman dan warna indah yang  dikeluarkan dari dalam diri kita ketika menghadapi gelombang  permasalahan yang sepertinya sulit berakhir.
EQ  ( Emotional Inteligence – Kecerdasan Emosi) akan saling melengkapi  dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) sebagaimana yang sudah kita kenal.  Walaupun demikian, keduanya tidak selalu berjalan secara partikel. Tidak  semua individu yang memiki IQ yang menonjol akan memiliki EQ yang  menonjol pula. Daniel Golemen memberikan istilah Kecakapan Emosi, sebagai hasil belajar yang didasarkan pada Kecerdasan Emosi. Kecapan Emosi itu terbagi menjadi dua,yaituKecakapan Pribadi dan Kecakapan Sosial.Kecakapan Pribadi akan menentukan bagaimana kita mengatur diri sendiri, dimana mencakup kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri (self regulation),dan motivasi (motivation). Sedangkan Kecakapan Sosial sangat berperan ketika kita berhubungandengan orang lain, diantara mencakup empati (emphaty) dan keterampilan sosial (social skill). 
Penilain  EQ tentu menjadi suatu hal yang menakutkan bagi seorang karyawan  setelah dia menyadari behwa EQ nya tidak terlalu menonjol. Namun, satu  hal yang paling berbahaya adalah sangat dangkal dan bangga dengan gelar,  pengetahuan, atau jabatan yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu  beberapa langkah praktis untuk membangkitkan Kecerdasan Emosi menuju Kecakapan Emosi yang maksimal.  Ada beberapa cara untuk meningkatkan EQ tingkah laku yang sudah  proposional dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan yang dirasa kurang  dan tidak proposional sebagai seorang karyawan atau pimpinan tentu  harus diubah. Yang terpenting adalah saling melayani dengan tulus untuk  menjaga profesionalisme. Dari ketulusan dalam melayani ternyata  memberikan dampak yang luar biasa bagi orang lain dan bahkan membuat  mereka harus kembali lagi untuk berhubungan dengan sipelayan tersebut.
Perbuatan  yang melanggar susial, moral, atau hokum pada awalnya sering  mendatangkan kenilmatan. Akan tetapi, karena terlalu menikmati, tanpa  disadari hal ini telah mematikan nilai kehidupan seseorang. Segala  perbuatan buruk yang dilakukan pada awalnya memang tidak pernah  menjanjikan sesuatu yang buruk. Jika dicermati lebih lanjut, maka  perkembangan dunia saat ini lebih menjanjikan hal – hal yang sifatnya bedonisme, yakni paham yang mengajarkan seseorang untuk mencari kenikmatan demi kenikmatan. Paham materialisme  yang mengajak seluruh umat manusia untuk mencari harta sebanyak –  banyaknya. Satu hal yang pasti adalah berusaha untuk terus menerus  memikirkan dan merancang serta mendapatkan sesuatu yang lebih pasti dan  berjangka panjang, seperti membangun keluarga yang kokoh, melejitkan  karier yang berlandaskan kompetensi, atau mempertegas kepemimpinan yang  menegakan kebenaran, keadilan, dan pelayanan.
Kesejahteraan dan keberhasilan hal yang sangat manusia inginkan. Kerja yang sungguh – sungguh bukan berarti bekerja keras, namun bekerja cerdas (smart work) berlandaskan keseimbangan hidup. Inilah kunci sukses untuk meraih kesejahteraan. Thomas Alva Edison  si penemu lampu pijar pernah mengemukakan bahwa tiga hal yang paling  diperlukan untuk meraih keberhasilan adalah “bekerja keras dan cerdas,  ketekunan, dan akal sehat”. Sukses dalam bekerja berarti sukses dalam  menjalani apa yang sedang dikerjakan baik dalam suka maupun duka. John Sifonis, mengatakan,”Different isn’t always better but the best is always different.”  (berbeda tidak selalu lebih baik, namun yang terbaik selalu berbeda).  Akhirnya, hanya dengan bekerja cerdas berlandasakan kemurnian hati dan  akal sehat yang proposional kita dapat mewujudkan kesejahteraan  maksimal.
Ada  banyak cara untuk memasukan pendapatan ke perusahaan, namun tidak dapat  dipungkiri lagi bahwa lebih banyak cara lagi untuk mengeluarkan uang  dari perusahaan sebagai salah satu biaya apalagi dengan menghalalkan  segala cara. Salah satu keunikan manusia asalah selalu berkeinginan  untuk mencari sela – sela kelemahan dari suatu peraturan agar dapat  dinikmati hasilnya tanpa tuntutan apa pun. Iidaklah heran jika demi  untuk memuaskan kepentingan dirinya sendiri, seorang manusia rela  mengorbankan manusia lainnya. Diantara sekian banyak penyimpangan yang  dilakukan oleh manusia, kita boleh sangat bersyukur, karena benih –  benih untuk berbuat baik masih sangat besar dan potensial dalam diri  manusia. Senua dimulai dari mensyukuri atas semua yang dimiliki,  memiliki ikhtiar untuk memberikan yang terbaik, serta mendeteksi bahkan  menghapus perlahan –lahan kesersakahan yang justru semakin menurunkan  harga diri.
“Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah kerja keras, bahkan untuk meraih keberhasilan diperlukan keringat dan air mata,”  demikian Thomas Alva Edision bertutur. Setiap tapak kehidupan yang  telah dilalui akan memberikan makna yang luar biasa bagi seseorang untuk  memasuki tapak kehidupan berikutnya. Jika selalu memandang negative dan  terus mengeluh tentu akan membuat sikap mental kita menjadi lebih  buruk. Sebaliknya, jika disikapi dengan optimis dan penuh harapan, maka  proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Perubahan pikiran ini  selanjutnya akan diikuti dengan perubahan perasaan yang selanjutnya  membuahkan perubahan tingkah laku.
Terkadang,  dalam kehidupan ini telinga kita sudah terlalu kebal tehadap suara –  suara peringatan ang betujuan membawa kita kearah kehidupan yang lebih  baik. Popularitas, ambisi, kesombongan, kekayaan, dan segala kompetisi  yang dimiliki sering membutakan nurani dan menumpulkan ketajaman  pendengaran kita terhadap alunan musik instropeksi yang merdu. “life is choise” (hidup adalah pilihan),  demikian klaim seorang filsuf. Tidak menherankan, karena kita  sebenarnya dihadapkan pada pilihan – pilihan yang harus diputuskan,  cepat atau lambat.
Lebih  dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan bangsa  lain. Namun, masih banyak manusia Indonesia yang hingga saat ini masih  hidup dalam penjajahan atas dirinya sendiri. Kekurangan pola piker yang  selalu melihat dari satu sisi saja. Pola pikirlah yang menyulitkan orang  untuk mengatasi masalah – masalahnya. Setiap individu seyogianya  merenungkan apakah dirinya hingga saat ini masih terjajah dengan obsesi –  obsesi yang tidak proposional dalam meniti karier dan kehidupannya.  Hidup akan terasa lebih hidup dan lebih bermakna bukan karena hal – hal  yang besar, melainkan dari hal – hal kecil yang dikerjakan dengan jiwa  besar. Cahaya kehidupan abadi bukan tampak kemilau harta yang dimiliki,  bakan pula dari indahnya tahta kedudukan yang dipunyai seseorang atau  deretan gelar yang disandang.
Inspirasi  yang memperkokoh keyakinan bahwa semua yang kita miliki saat ini  tidaklah abadi. Hidup semata – mata adalah menjadi saluran berkah bagi  orang lain. Menyalakan lentara kehidupan berarti rela turun dengan  rendah hati untuk sama –sama sederajat dengan orang yang ditolong untuk  kemudian secara bersama –sama membawanya terbang tinggi. Hambatan utama  dari hal ini adalah dari dalam diri sendiri yang tidak mau keluar ( in side out ).  Kehidupan yang paling menyedihkan adalah ketidakberanian mengambil  resiko sekecil apapun (safety player). Orang tidak mau mengambil risiko  berarti dia tidak dapat meraih apapun, tidak memiliki apapun, tidak  merasakan apapun dan akhirnya tidak menjadi siapa – siapa. 
Acapkali  banyak individu sulit  mengisi kehidupannya karena terseret – seret  oleh masa lalu yang masih terus meggelayutdalam dirinya. Begitu juga  trauma masa lalu, ternyata dapat membuat seseorang enggan untuk memulai  suatu lembaran baru dalam kehidupannya. Sesungguhnya kita tidak tahu apa  akibat yang kita lakukan saat ini, kecuali mempredoksinya. Namun, yang  pasti adalah hari ini merupakan bagian waktu yang nyata kita hadapi  langkah demi langkah, disitulah harta dan makna kehidupan yang telah  kita lakukan. Pada akhirnya perjalanan kita akan terkejut saat melihat  apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup didalam sebuah  rumah yang kita ciptakan sendiri. Ambisius, merupakan  virus yang memiliki potensi untuk mengarahkan seseorang menjadi tinggi  hati, arogan, bahkan mematikan hati nurani. Ambisius pula telah menjadi  investasi yang kurang menguntungkan bagi kondisi mental memasuki pensiun  dan hari tua. Ambisi yang profesional selalu dilandasi dengan  perencanaan yang matang, etika profesional, dan visi hidup yang jelas.  Seorang yang beranbisi secara proposional akan mengetahui nama bagiannya  dan mana pula yang menjadi bagian – Nya. Makna bekerja dalam hidup akan  kita peroleh, manakala kita sadar tentang bukan dari mana memulai,  namun yang penting dimana kita berakhir.
SIKAP HIDUP
Waktu  adalah aset terbesar yang diberikan Sang Pencipta kepada setiap manusia  dengan kuota yang sama, 24 jam perhari. Sebagian orang mampu  memanfaatkan secara baik, sebagian lagi tertatih – tatih untuk optimal.  Kondisi menunjukan bukan berapa waktu yang kita miliki, namun yang  terpenting adalah berapa banyak yang sudah kita perbuat untuk  memanfaatkan waktu. Pemanfaatan waktu yang efektif adalah dengan  mengukur skala prioritas sendiri dalam kehidupan. Semua ini akan dimulai  dengan sangat berat dan disiplin. Namun, tentu akanberakhir dengan  hasil yang gemilang, berupa kehidupan yang tertib, bermoral, dan  bertumbuh. Oleh karena itu, untuk setiap menit kehidupan yang dijalani,  jangan mengambil keputusan karena hal tersebut mudah, jangan pula  mengambil keputusan karena hal itu murah dan jangan pula mengambil  keputusan karena itu popular. Namun, ambillah keputusan karena hal itu benar.
Tujuan hidup  merupakan bagian yang terpenting dan usaha mencapai tujuan tersebut  merupakn seni tersendiri dalam hidup. Tujuan hidup berada dalam koridor  waktu, namun dia tidak didikte waktu. Waktu akan terus bergulir  sekalipun manusia tidak memiliki tujuan hidup. Bagi mereka yang memiliki  tujuan hidup, waktu merupakan aset yang paling berharga. Kita memiliki  waktu yang sama tetapi memiliki kemampuan dan kompetensi yang berbeda –  beda satu sama lain. Napas tujuan hidup sebenarnya berada pada aspek  spiritual yang kita miliki. Membuat kehidupan ini lebih bermakna,  berarti kita memulainya dengan menetapkan tujuan hidup yang jelas dan  terarah.
Dalam  hidup ini, kita boleh memberikan penilaian buruk kepada seseorang.  Terkadang sesuatu yang kira itu buruk malah justru menjadi jalan untuk  keberhasilan kita. Itu sebabnya, kita diimbau untuk tidak langsung dan  serta merta memberikan penilain buruk kepada seseorang hanya karena ia  pernah berprilaku “buruk/kotor”. Alangkah bijaksananya jika kita pun mampu menelusuri ada apa dinalik tingkah laku dan penampilan yang demikian.
Self Regulation (pengendalian diri), merupakn  salah satu aspek penting dalam kecerdasan emosi (EQ). Aspek ini  ternyata penting dalam kehidupan manusia sebab musuh terbesar umat  manusia bukan berada diluar dirinya, justru berada dalam dirinya  sendiri. Jack Paar, pernah bertutur bijak tentang dirinya sendiri,  “ Kalau menoleh kebelakang, kehidupan saya rupanya seperti jalan  panjang penuh rintangan, dengan diri saya sebagai rintangan utama.”  Penguasan diri merupakan aspek yang perlu dilatih sejak dini. Tidak ada  aspek kemampuan menguasai diri yang turun dari langit, melainkan  diperoleh dari proses yang panjang dalam pengalaman hidup selama  berhubungan dengan rang – orang sekitar.
Tanpa  disadari, hidup dan tingkah laku kita lebih banyak dipengaruhi oleh  pendapat ornag lain. Terkadang kita sempat lupa siapa diri kita yang  sebenarnya, karena diombang – ambing oleh pendapat orang lain. Efek yang  sangat berbahaya dari kebiasaan ini adalah merusak tatanan silahturahmi  yang sudah dibangun selama ini. Ketika kehidupan terasa begitu sulit  dan otak seperti tidak mampu diputar untuk memecahkan masalah, maka  oendapat orang lain yang berguna bagaikan sinar solusi yang baik untuk  membantu kita menuju jalan keluar. Namun, tidak heran ada banyak  pendapat yang membingungkan sehingga kita malah tidak mampu mengambil  keputusan yang jitu. Pendapat orang lain sangat baik bagi proses  pembelajaran, namun dengan menempatkan pendapat mereka sebagai bahan  analisis akan sangat membantu kita untuk menetapkan langkah – langkah  yang pasti. Jangan biarkan orang lain yang mengambil keputusan atas  permasalahan yang kita hadapi, sebab hanya kitalah yang lebih tahu apa  sesungguhnya yang terjadi.
Para  ahli jiwa mengatakan bahwa 90 % tingkah laku kita sehari –hari diwarnai  dan dipengaruhi oleh kebiasaan kita sendiri. Padamulanya, kebiasaan  kita membentuk semacam benang yang tidak terlihat. Tetapi dengan  pengulangan, benang tadi melilit menjadi tali dan kemudian menjadi  tambang. Setiap kali kita mengulangi sebuah tindakan, kita menambahkan  dan menguatkan tindakan tersebut. Orang bijak berkata bahwa hidup ini  adalah perjuangan, termasuk perjuangan melawan kebiasaan buruk. Namun,  yang menyedihkan adalah mereka terus menikmati kebiasaan buruknya hingga  terbawa ke liang kubur tanpa sempat berikhtiar dan berusaha untuk  meninggalkannya.
Terkadang  hidup ini terasa begitu tertekan dengan permasalahan yang bertubi –  tubi, baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan. Persepsi orang lain  akan berubah ketika kita bisa bertahan dan mengatasi permasalahan yang  dihadapi dengan tegar dan tabah. Cara pandang dan penilaian orang justru  akan berbalik arah ketika kita bisa memandang permasalahan yang kita  hadapi secara positif. Kebesaran jiwa seseorang memang diuji pada saat  ia menghadapi permasalahan hidup.Bagaiman akhir hidup tergantung dari  bagaimana kita memulai dan menjalani hidup. Inilah bagian yang penting  dari hukum tabur tuai. Apa yang ditabur, itu pula yang akan dituai.  Dinamika keseimbangan hidup dimulai dari hukum ini. Sekali lagi, yang  penting bukan bagaimana kita memulai, namun dimana dan bagaimana kita  mengakhiri kehidupan dan karier ini yang lebih bermakna.
Teladan,  merupakan kata yang tidak pernah lekang spanjang zamn terutama jika  diartikan dengan pembinaan, baik pembinaan keluarga maupun pembinaan  organisasi. Teladan juga merupakan kata paling mudah untuk diucapkan,  namun sangat sulit untuk dilaksanakan. Bahkan, teladan memiliki saudara  dekat yang bernama kemunafikan. Bagi sebagian besar individu, menjadi  teladan atas dirinya sendiri mungkin sedikit tertatih – tatih, terlebih  jika tidak ada model yang menjadi standar untuk dicontoh. Itulah  sebabnya, langkah nyata dan sangat mudah untuk dilakukan adalah dengan  menjadi model yang proposional untuk dicontoh. Teladan memiliki kekuatan  yang dasyat untuk mengubah perilaku seseorang.
Tertawa merupakan pilihan hidup.  Masalah tidak akan selesai jika selalu diliputi oleh kemurungan dan  penyesalan yang terus menerus. Menyediakan hati yang gembira untuk  tertawa sejenak akan semakin membuka cakrawala pemecahaan masalah yang  ada dan merendakan ketegangan yang muncul. Tertawa tentunya dimulai dari  hati yang gembira, karena tertawa yang membawa faedah adalah tertawa  yang dilandasi oleh ketulusan dan tidak dibuat – buat. Tertawa  sebenarnya menunjukan kemampuan psikologis untuk menyeimbangkan beban –  beban yang ada. Tertawa menunjukkan optimisme dan perencanaan kesehatan  mental yang proposional.
Terkadang hidup ini perlu merasakan rasa sakit dan ujian hidup bahkan jatuh hingga titik nol unutk menemukan esesi nilai hidup itu sendiri. Socrates pernah berkata bahwa hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi (unexamined life is not worth living). Hanya  ada satu tempat di dunia ini di mana manusia terbebas dari segala ujian  hidup, yakni kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia tersebut masih hidup  adalah ketika dia mnegalami ujian, kegagalan, dan penderitaan. Lebih  baik kita tahu mengapa kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita  berhasil. Bagaimana memaknai setiap ujian hidup, menjadi sangat berarti  bagi kita untuk meraih dan menikmati hikmahnya.
Manusia  terkadang tidak sadar bahwa ia hidup dalam sebuah komunitas dengan  karakter serta perilaku yang tidak tepat dan berkualitas untuk hidup.  Hidup manusia memang berharga, karena manusia diciptakan secara sempurna  daripada makhluk lainnya. Sekalipun disana sini kita memiliki  kekurangan, namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kehadiran kita  didunia ini bukanlah tanpa rencana Sang Pencipta. Sang Khalik tidak  pernah kecewa dengan kelahiran kita, justru terkadang orangtuanya  sendiri yang kecewa dengan kehadiran dan kelahiran anaknya. Hal – hal  lain yang merusak, tampaknya harus menjadi komitmen kita bersama untuk  membangun masa depan diri, keluarga, masyarakat, dan perusahaan yang  lebih baik.
Hidup  manusia terkadang begitu disibukkan dengan hal – hal yang sifatnya  tidak penting dan prinsip sehingga hasil yang ditampilkan pun tidak  optimal. Ketika menghadapi masalah dengan berbagai kemungkinan  penyelesaian, tidak jarang solusi yang diberikan tidak menyentuh  substansi penyelesaian masalah. Ketika berhadapan dengan masalah, apapun  itu, saat kita mengingat kembali dan merenungkan apa sebenarnya hakikat  dari semua yang terjadi. Dengan memberikan waktu sejenak kepada diri  sebelum bereaksi, otak akan berpikir realitis dan dapat menyeimbangkan  dengan kondisi emosi yang mungkin saat itu bergolak.
Secara  sadar maupun tidak sadar, jika dicermati lebih lanjut, hidup dan  tingkah laku manusia lebih banyak didominasi oleh seberapa besar label  yang diberikan orang lain kepada kita. Setelah manusia mengenal  Penciptanya, makadengan rendah hati dia berusaha untuk mengenal dirinya  yang penuh dengan kelebihan dan kekurangan. Sesama manusialah yang  terkadang membuat ukuran – ukuran sendiri tentang kesuksesan hidup  seseorang. Ukuran tersebut biasanya bersifat materi dan segala sesuatu  yang tampak. Sementara Sang Pencipta melihat dengan ukuran yang berbeda.  Oleh karena itu, kita harus tunduk pada ukuran dan standar kehidupan  yang dibuat oleh manusia.
Pengorbanan  adalah kata yang mengisyaratkan suatu bentuk pemberian secara total.  Dalam pengertian lain, pengrbanan ternyata berdampak pada munculnya  kesadaran untuksenantiasa memperbaiki tingkah laku ke arah yang lebih  baik. Dengan era persaingan yang semakin ketat dimana tingkat  individualisme semakin tinggi, pengorbanan menjadi kata yang berat dan  melelahkan. Ternyata, dampak orang yang berkorban terhadap orang lain  mampu membuka cakrawala kehidupan yang sesungguhnya. Pengorbanan yang  tulus tidak selalu memperoleh imbalan yang setimpal, bahkan terkadang  hingga akhir hayat pun tidak dapat dilihat hasil maupun imbalannya.  Pengorbanan juga merupakan ungkapan syukur untuk berbagi kepada sesama  karena kita telah menerima karunia kasih sayang – Nya. 
KESIMPULAN 
- Cara pandang yang positif akan sangat mempengaruhi efektivitas kerja, bahkan seluruh gerak hidup kita.
- Melalui cara pandang demikian, secara tidak langsung akan mempengaruhi bagaimana kualitas hidup dan nilai hidup yang dimiliki.
- Bagi kita yang memiliki cara pandang positif akan memiliki willing to do more (keinginan untuk melakukan lebih dari yang diminta) dan memiliki watak pekerja cerdas (smart worker).
- Individu yang memiliki cara pandang positif, secara pribadi juga akan mampu memetakan kompetensi dan minatnya sehingga dia akan tahu dimana dan bagaimana dia berkembang.
- Orang yang memiliki cara pandang positif pada umumnya meyakini bahwa menyelesaikan pekerjaan adalah the way of life (cara hidup) bukan how to life (bagaimana hidup).
- Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan itu dapat diatasi. Melihat yang negatif, tetapi menekan yang positif. Menghadapi yang terburuk, namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai alasan untuk mengerutu, tetapi memilih untuk tersenyum.
 
 
 
0 Komentar
Silahkan berkomentar sesuai dengan judul artikel,
Kritik dan saran sangat membantu saya dalam memeperbaiki blog ini.
Terima kasih atas kunjungan anda...