yang merupakan saudara kembar dari Raden 
Nakula adalah bungsu dari Pandawa. Ia adalah putra dari Dewi Madrim dan 
Batara Aswin, dewa kembar bersama Batara Aswan, ayah Nakula. 
Raden Sadewa memiliki perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan 
tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia. Dalam hal olah senjata, 
sadewa ahli dalam penggunaan pedang. Nama-nama lain dari Sadewa adalah 
Sudamala, dan Madraputra. 
Dalam penyamaran di Negri Wirata Sadewa menjadi pengurus taman kerajaan di Wirata bernama Tantripala. 
Jika Nakula tak dapat lupa akan segala hal maka, Sadewa juga memiliki 
ingatan yang kuat serta ahli dalam hal menganalisis sesuatu. Sadewa juga
 ahli dalam hal Metafisika dan dapat tahu hal yang akan terjadi. Ini 
diperoleh dari Ditya Sapulebu yang dikalahkannya dan menyatu dalam 
tubuhnya saat Pandawa membuka hutan Mertani. Selain itu, Sadewa 
mendapatkan wilayah Bumiretawu atau juga disebut Bawertalun. 
Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati putri Begawan Badawanganala dan
 berputra Bambang Widapaksa. Selain itu Ia juga menikah dengan Dewi 
Rasawulan, putri dari Prabu Rasadewa dari kerajaan Selamiral. Menurut 
kabar, yang sanggup memperistri Dewi Rasawulan akan unggul dalam 
Baratayuda Di saat yang sama Arjuna dan Dursasana juga datang melamar, 
namun yang memenakan sayembara pilih itu hanyalah Sadewa karena ia 
sanggup menjabarkan apa arti cinta sebenarnya. 
Sebelum pecah Baratayuda, ada dua raksasa penjelmaan Citraganda dan 
Citrasena yang bernama Kalantaka dan Kalanjaya yang datang ke Astina 
hendak membantu kerajaan Astina. Kedua raksasa tersebut sebenarnya 
hanyalah jin biasa, namun karena dikutuk oleh Batara Guru akibat 
mengintip Batara Guru dan Dewi Uma yang sedang mandi di telaga. 
Kehadiran kedua raksasa tersebut tenyata menimbulkan kegusaran dalam 
diri Dewi Kunti. Dewi Kunti lalu memohon pada Batari Durga agar kedua 
raksasa tersebut dimusnahkan. Batari Durga meminta Sadewa sebagai 
tumbalnya. Mendengar hal itu, Dewi Kunti tidak setuju dan kemudian 
kembali ke Amarta. Batari Durga kemudian menyuruk Kalika, seorang jin 
anak buahnya untuk menyusup kedalam tubuh Dewi Kunti. Dalam keadaan 
kerasukan, Dewi Kunti menyuruh sadewa sebagai tumbal dan diminta 
menghadap Batari Durga. Sadewa pun hanya menurut perintah ibu tirinya 
yang telah mengasuhnya dari kecil.
Sesampainya di hutan, Batari Durga minta diruwat oleh Sadewa menjadi 
putri yang cantik. Sadewa tidak sanggup melakukannya dan lalu akan 
dimangsa oleh Batari Durga. Sang Hyang Narada yang mengetahui hal itu 
lalu melaporkannya pada Batara Guru. Batara Guru lalu merasuk kedalam 
tubuh Sadewa dan meruwat Batari Durga. Kemudian kedua raksasa jelmaan 
Citraganda dan Citrasena dimusnahkan. Cerita ini dikenal dengan lakon 
Sudamala.
Setelah perang baratayuda selesai, Sadewa memilih menjadi patih 
Hastina dan juga pendamping Puntadewa. Akhir hidupnya diceritakan mati 
moksa dengan saudara-saudaranya.
Dalam pewayangan gaya Yogyakarta, wayang Nakula dan Sadewa dibedakan 
oleh jamang lidi (semacam hiasan kepala) yang di tunjuk dalam gambar 
dibawah. Sadewa menggunakan jamang lidi sedang Nakula tidak.  
 

 
 
0 Komentar
Silahkan berkomentar sesuai dengan judul artikel,
Kritik dan saran sangat membantu saya dalam memeperbaiki blog ini.
Terima kasih atas kunjungan anda...