Recents in Beach

SEBUAH CERPEN : Ketika Kawin Lari Jadi Pilihan

Semua ini berawal  tanggal 10 April 2012, kamu memang pantas untuk di kenang, sebuah kisah paling unik dalam hidup ku. Cinta memang tak pernah memandang perbedaan usia begitu juga perbedaan AGAMA. Aku sekarang berusia 23 tahun sedangkan dia baru berusia 15 tahun. Umur kami memang berbeda jauh, tapi perbedaan paling besar di antara kami yaitu “ Perbedaan Agama “ yang kami anut, Aku Islam sedangkan dia Kristen.Tak ada yang salah dalam cinta ini, hanya saja Orang tua Mu dan Orang tua Ku yang tak bisa mengerti akan cinta kita. Ini takdir Tuhan yang mempertemukan kita, menyatukan kita dalam sebuah ikatan yang begitu indah.

 
            Seperti biasa sore itu aku duduk santai di Counter ku sambil dengerin radio kesayanganku “ Barakuda Fm ( samaran )“, waktunya request time, asyik dengerin radio  tiba-tiba seorang cewek nelpon, “ Sore kak… “kata cewek itu, “ Sore… Dengan siapa dimana?? “ jawab sang penyiar, “ Saya Chika kak, tinggal di Siborang… ” jawab si cewek lagi, “ Mau request lagu apa nich?? “ tanya si penyiar lagi,  Lagu CAVARELA Band “ Selingkuh Di Belakang Ku “ ada kak???  si cewek kembali bertanya,  Sebentar yach kita cek dulu ” jawab sang penyiar, sesaat menunggu sang penyiar radio pun menyapa “ Ada nich, CAVARELA Band yach?? Mau titip salam ma siapa Chika?? “ Tanya penyiar lagi, “ Salam nya buat bang Shan Cavarela juga buat yang lagi dengerin aja…Makasih ya kak..” tut..tut..tut.. telepon pun terputus, dalam hati ku merasa bangga, ternyata aku punya fans juga yach..?? dalam hatiku bertanya tanya dan aku senyum senyum sendiri.
            Aku  pun semakin penasaran siapa yach cewek yang barusan nelpon di radio, ku coba cari tau, ku sms penyiarnya, alhamdulillah dia kenal dan dia juga tau Facebook cewek itu. Cepat cepat ku buka Facebook ku, search “ Chika Chensil “ akhirnya ketemu juga, ehh.. ehh… ehh.. ternyata kami sudah berteman di Facebook, semua memang serba kebetulan bagi ku. Ku coba “ Like “ statusnya dan ku komentari statusnya, Ternyata dia balas komentar ku, jadi asyik koment komentnan dech, kemudian berlanjut ke inbox inboxan, hehehe…  Tiba -tiba dia minta nomer HP ku, tanpa pikir panjang langsung aja ku kasi nomer HP ku dan beberapa saat kemudian HP ku berdering, ada pesan baru, ku baca isi pesan itu “ Bang… ini nomer ku yach * Chika * “, langsung aja ku balas “ oke dech… Salam kenal yach dek…”. Sejak saat itu hampir setiap hari kami smsan, terkadang teleponan, setiap waktu membuat kami semakin dekat.
            Suatu hari iseng aja ku sms dia, “ Chika klo ada waktu main ke counter abg yach…”. Beneran dech… malamnya dia dtg ke counter, aku benar-benar kaget.  Malam itu pertama kali aku ketemu langsung ma dia, Aku terkejut ternyata aslinya jauh lebih cantik di bandingkan photo profilnya di Facebook, Dia…, Sungguh Cantik sekali malam ini, membuat ku terpesona pada pandangan pertama. Banyak hal yang kita bicarakan malam itu, tak terasa udah larut malam, dia pun pamit pulang, “ Udah jam 9 malam bang, chika pulang duluan yach bang, takut di cariin mama papa “. Tak mampu ku menahannya, walaupun hati ini masih ingin bersamanya, tapi waktu jugalah yg memisahkan kami, akhirnya dengan berat hati ku lepas kepergiannya, “ Hati-hati di jalan yach dek ” kata ku. Dia pun tersenyum memandang ku,  makasih yach bang…”  setelah dia pergi, aku senyum senyum sendiri, selalu terbayang wajahnya.
Beberapa lama kemudian ku ambil HP dan ku sms dia, “ Udah nyampe rumah dek?? ” tanyaku. Tak berapa lama HP ku berdering tanda pesan masuk dari dia, dengan penuh semangat ku baca sms nya, kami pun smsan sampai larut malam.
            Setiap hari hubungan kami semakin dekat dan semakin intim, hingga suatu hari tak sanggup ku pendam lagi perasaan ini, aku mengajak nya keluar untuk makan malam. Dia pun tak menolak ajakan ku, Betapa senang hatiku saat itu, kencan pertama ku dengan nya membuat hatiku deg-degan. Segera aku bersiap-siap dan ku sms dia,“  Abg jemput dimana dek??? ” ,  isi sms ku padanya. “ Abg tunggu di counter aja biar aku yang datang kesana “, dia pun langsung membalas sms ku. Jantung ku deg-degan menunggu kedatangannya, sekian lama ku menunggu, akhirnya dia datang juga, lebih dari yang ku bayangkan, malam ini dia cantik banget. Mungkin di mata ku dialah wanita paling sempurna yang pernah ku kenal.  Kemudian kami pun jalan, nyari tempat makan, “ Enak nya makan dimana yach dek??” Tanya ku padanya. “ Terserah abg aja dech, kalau Chika mah ikut aja ke mana abg bawa” ,sambil tertawa di atas motor.
            Aku bingung mau ngajak dia makan dimana, kemudian aku ngajak dia makan Baso, ternyata dia doyan makan Baso, sesampainya di warung Pak Baso, kami yang dari tadi bercanda dan tertawa di atas motor, berlanjut hingga ke meja makan, Hingga kami tak sadar orang-orang di sekeliling kami merasa terganggu ( Semua pada ngeliatin ). Kami pun terdiam sesaat, tertunduk malu, tiba-tiba keberanian ku pun muncul saat ku tatap wajah cantiknya, ku pegang tangannya, “ Mungkin ini terlalu cepat dek, kita baru kenal, tapi aku benar benar jatuh cinta padamu, Sehari tanpa mu aku selalu gelisah, Aku selalu memikirkan mu di setiap waktu ku, Mau kah kamu jadi PACAR ku ??? lewati hari hari bersama ku??”. Ku lihat raut wajah nya berubah murung dan dia hanya diam saja. Aku pun tertunduk malu, “ mungkin dia tak pernah mencintaiku, mungkin dia menolakku”. “ Maaf bang, Chika g bisa”. Sesaat hati ku hancur,  dalam lamunan ku terdiam dan aku terkejut saat dia cubit pipi ku sekuat tenaganya, “ Ga bisa nolak jadi pacar abg…” katanya sambil tertawa terbahak-bahak. Mendengar jawaban nya aku bahagia dan tersenyum, “ Beneran dek?? Chika terima cinta abg???”,  tanyaku memperjelas keputusannya. Tanpa ada kata sedikit pun, dia mencium pipi ku, itu pertanda dia juga mencintaiku, aku benar benar bahagia malam itu, cinta ku di terima dan tak bertepuk sebelah tangan.
            Malam itu juga kami jadian, tepatnya Tanggal 10 April 2012. Saat perjalanan pulang dia bertanya padaku. “ Apa kita salah bang? Kita kan beda Agama”. Dalam hatiku bertanya “ Tuhan apa kami salah?”, aku hanya terdiam. “ Bang ko diam aja?” dia kembali tanyakan hal itu padaku. “ Tak ada yang salah dek, semua ini sudah takdir Tuhan, Semua agama sama saja, baik Islam, Kristen, Hindu, Buddha, semua mengajarkan kebaikan, jadi semua itu sama saja bagi abang”. Ku coba menjawab pertanyaannya. Dia pun terdiam sambil merebahkan wajahnya di punggung ku. “ Tapi aku takut Orang tua ku tahu kalau aku pacaran sama orang Islam”. Sesaat aku terdiam, lalu ku jawab pertanyaannya, “ Mungkin untuk beberapa bulan kedepan, kita Backstreet aja dek, kan ada HP, kita bisa smsan, atau teleponan dulu, kalau masalah ketemuan, kita janjian di luar aja”. “ Tapi aku benar-benar takut bang, Orang tua ku ga akan setuju kita menjalin hubungan ini”. Hatinya gelisah memikirkan hubungan kami. “ Semua pasti ada jalan keluarnya dek, yang penting kita saling percaya, saling menyayangi satu sama lain, kalau masalah ga di restui, itu urusan belakangan, kita jalani aja dulu”. Ku coba menguatkan hatinya.
            Akhirnya sampai juga di simpang rumahnya, “ Bang… Sampai disini aja, Ga usah sampai rumah, takut ada yang melihat”. “ Oke Dech” jawab ku sambil menghentikan motor ku, dia pun turun dan berkata “ Hati-hati pulangnya bang”.” Iya Sayangku…”. Kata-kata itu keluar dari mulut ku tiba-tiba, Ku lihat wajahnya tersipu malu mendengar kata-kata ku.  Aku pun langsung berbalik dan pulang, takut ada orang yang melihat.  Sesampainya di rumah aku langsung sms dia “ Makasih yach sayang, Udah nerima aku apa adanya”. Tak lama kemudian dia pun balas sms ku “ Iya abg sayang, Chika sayang banget ma abang”.  Aku benar benar bahagia hari ini, karna aku telah menemukan kekasih yang baik hati. Aku benar-benar mencintainya dan baru kali ini aku merasakan cinta yang sebesar ini pada seorang wanita, aku takut kehilangan dia.
            Hari demi hari berganti, tak terasa hampir dua minggu kami pacaran. Hari ini dia bawain aku makan siang, bagiku pertama kalinya dalam hidup ku seorang wanita masak buat aku. “ Sayang, ini Chika bawain nasi goreng buat abang, Chika buatin special buat abang “. Dengan penuh ketulusan yang kulihat dari wajahnya, “ Makasih banyak yach sayang, udah capek capek masak buat aku “. Ku terima rantang darinya. “ Apa kamu mau makan masakan dari ku? “. Ku lihat raut wajahnya berubah, “ Kenapa akau harus menolak? “ tanyaku sambil membuka rantang darinya. “ Bukannya dalam agama kalian haram memakan masakan dari kami? “. Semakin murung wajahnya. Tapi aku tak peduli, dengan pertanyaan itu, ku buka rantangnya, ku cicipi masakan kekasihku yang sengaja dia buat dengan susah payah hanya untuk ku dan ku lihat dia tersenyum memandang ku. “ Bagi ku semua sama saja, tak ada perbedaan di dunia ini, kita sama sama  manusia, baik agama Islam atau Kristen itu sama saja”. Sesekali ku ledekin masakannya, “ G enak sayang “ kataku. “ Ga enak.. Ga enak… tapi habis juga” katanya, sembari menyuapi aku makan. Dalam hati ku berkata “ Tuhan betapa indah perbedaan ini, Terima kasih Tuhan, Engkau pertemukan aku dengannya”.
 Hari-hariku selalu indah bersamanya, aku terbiasa setiap hari bersamanya.  Kami sama-sama jualan di counter, bercanda dan tertawa bersama, Terkadang hari-hari itu terasa cepat berlalu ketika kami bersama.
            Hari ini ada jadwal latihan bersama teman-teman satu band Ku, Karena ada acara tanggal 21 April 2012 di City Walk. Kali pertama dia menemani aku latihan, Aku tambah semangat jadinya. Selesai latihan, aku antar dia pulang ke rumah, kemudian aku kembali nongkrong bersama teman-teman yang lain, banyak Pro dan Kontra yang mereka sampaikan, ada yang tidak setuju dengan hubungan kami, karena kami beda agama, tapi ada juga yang mendukung hubungan ini. Aku tak peduli dengan kata-kata mereka, toh… aku yang menjalani hubungan ini, ini hidupku, aku yang menjalaninya.
            Ternyata hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, malam ini kami mengikuti Festival tahunan dan giliran band ku yang akan tampil di atas panggung. Ku genggam erat tangan Chika, ku tatap ke dua bola matanya yang indah “ Doakan aku yach Sayang “. Dia pun tersenyum dan mencium pipi ku sambil berkata “ Kamu pasti bisa, Kamu harus menang yach sayang…”. Semua itu membuat ku bersemangat di atas panggung. Ku selesaikan tugasku sebaik mungkin dan akhirnya selesai juga penampilan kami setelah membawakan 2 lagu ciptaan kami sendiri. Setelah itu kami pun  turun dari panggung. Kulihat dia berjalan menghampiri ku dengan sebotol minuman di tangan nya, “ Kok cemberut sich sayang???” tanyaku melihat wajah nya yang murung. “ Aku kesel ma pipi ( Pipi dan Mimi adalah panggilan sayang kami ), tadi waktu di atas panggung sedikit pun pipi g mau melihat aku, padahal aku bela belain untuk nonton paling depan , jahat pipi…!!!”. Katanya sambil membuang wajahnya dari hadapan ku.
            Segera ku dekap dia dalam pelukan ku mencoba menenangkan hatinya, “ kan biar konsentrasi mainnya sayang, takut grogi kalau ada mimi “ sambil mencubit pipi nya. Dia pun tersenyum padaku. “ Nich.. pipi minum dulu, capek kan???” katanya sambil memberikan sebotol minuman yang ada dalam genggamannya. Tiba hasil pengumuman dan kami hanya mendapat Juara Ke-3 dari 35 band yang bertanding. Ini sudah lebih dari cukup buat kami, prestasi ini ku persembahkan untuk kekasih ku yang selalu ada di sisi ku dan kami pun merayakannya bersama sama.
            Tak terasa 1 bulan kita pacaran, di bulan pertama ini kamu beliin aku topi sebagai kado di bulan pertama kita jadian. “ Maafin aku yach sayang, aku belum bisa beliin kamu apa- apa”. Aku malu karna selama ini aku belum bisa memberikan sesuatu buat dia. Merayakan 1 bulan kita jadian, Aku, Kamu, Nda dan Tari, Kita pergi karokean bareng, romantis banget saat kita bernyanyi bersama. Semua itu benar-benar terasa indah.
            Tapi semua ke bahagiaan itu berubah, saat Chika kesurupan, entah kenapa dia bisa kemasukan “ JIN “. Aku panik setengah mati melihat keadaan nya, “ JIN “ tak mau keluar dari tubuhnya, Hingga masalah ini harus di beri tahu kepada orang tua nya. Perasaan takut itu muncul di hatiku saat Orang  tua Chika datang dan semua itu ku pertanggung jawabkan di depan Orang tuanya. Semenjak kejadian itu Orang tuanya tau kalau kami pacaran dan melarang ku untuk mendekatinya lagi. Hanya karena perbedaan agama di antara kami, sebuah perbedaan yang tak mungkin di satukan.
            Hari itu, aku benar-benar takut kehilangan dia untuk selamanya, tapi berbagai cara yang kami lakukan, berbagai cara yang kami perjuangkan, semua itu membuat rasa sayang di hati kami semakin  besar. Demi hubungan ini kami melakun apa pun agar kami bisa bertemu walau hanya 5 menit saja. “Kapan pipi  ajak aku main ke rumah pipi sayang???”. Kata kata itu terucap manis di bibirnya, “ Apa mimi siap ketemu Orang tua ku???” . “ Siap Donk…” katanya. Keesokan harinya ku bawa dia ke rumah ku, bertemu dengan mama ku, Chika langsung memcium tangan mama. “ Pacarnya Shan, Tante”, Katanya sambil tersenyum dan mama pun membalas senyumannya, tapi sedikit pun mama g tau kalau Chika seorang Kristen, mereka terlihat akrab, betapa bahagia perasaan ku melihat kedekatan mereka. Tak terasa hari sudah sore, aku pamit pada mama untuk mengantarnya pulang. Ku beranikan diri mengantar nya langsung ke rumahnya, agar kedua orang tuanya tau kalau aku benar benar serius dalam hubungan ini dan aku adalah seorang lelaki yang bertanggung jawab. Tapi semua dugaan ku salah, sesampainya di rumah nya, ku lihat bokap nya berdiri di depan pintu rumah, Bertubi tubi makian yang ku dapat dari orang tua nya. Mereka mengusir ku, menghina ku. Aku tak peduli dengan Orang Tuanya yang tidak bisa menerima kehadiran ku. Semua ini ku lakukan karna aku mencintai Chika, menyayanginya sepenuh hati ku. Walau beribu halangan yang merintang semua akan ku tempuh demi cinta ini.
            Tak terasa 5 bulan Aku dan Chika pacaran, bukan waktu yang singkat bagi kami memperjuangkan cinta ini. Hari ini hari raya Idul Fitri. Aku tiba tiba terbangun dari tidur ku, saat ku dengar suara nya yang lembut membangunkan ku. “ Pipi sayang… Bangun yach sayang, udah siang… g sholat yach???”  di belainya rambut ku, aku pun segera bangun dengan perasaan kaget, kenapa tiba tiba dia ada di kamar ku???. Segera aku ke kamar mandi cuci muka dan gosok gigi. Ku lihat dia membersihkan tempat tidur ku, merapikan pakaian pakaian ku yang berantakan. Dalam hati ku berkata : “ Tuhan jodohkanlah aku dengannya…”, Teriaknya dari dapur,  dalam lamunan ku, tiba-tiba aku kaget dengan cubitannya, “ Mau sarapan apa pipi sayang???” tanyanya padaku. “ Apa saja kalau mimi yang masak pasti enak “ jawab ku memujinya membuat dia tersipu malu. Segera dia beranjak ke dapur membuatkan sarapan untukku. ”Dapur kok jorok banget pipi ? “  Hehehe…. Aku terdiam malu saat ku lihat piring-piring kotor berantakan di meja makan. Dia masak nasi goreng pagi ini, makan sepiring berdua Romantis banget waktu itu. ”Udah sana, biar mimi yang beresin semuanya“. Aku pun beranjak dari meja makan dan nonton TV . Beberapa lama kemudian dia datang “Capek…, nyuci piring segunung …”, mengeluh sambil merebahkan kepalanya di dadaku. ”hehe…kan calon istri yang baik” jawabku memuji dia .Dia pun tersenyum manis memandangku. Betapa manis dan betapa cantiknya kekasihku ini.
            Rasa bahagia itu selalu ada saat dia di dekatku. Hingga suatu hari, Tiba saatnya Tuhan menguji cinta kami , memberikan cobaan pada hubungan kami. Tiba saatnya, saat-saat yang kami takuti, dimana mereka mencoba memisahkan  kami,  mencoba menghancurkan cinta kita yang selama ini kami bina. Tuhan… kenapa harus ada perbedaan ini, kenapa orang tuanya tak pernah mengerti  betapa tulusnya cinta kami. ”Pipi bawa aku pergi jauh bersama mu !!!”. Tiba-tiba SMS  dari nya masuk. ”Mimi kenapa ? dimana mimi sekarang ??”, balasku. ”Aku kabur dari rumah pipi, jemput aku pipi bawaaku bersama mu ,kitatinggalkan kota ini “. Air mataku menetes membaca SMS darinya dan dalam pikiran ku timbul sebuah keyakinan yang kuat, kami harus pergi !!!. Segera ku tutup counter ku, ku persiapkan semua perlengkapan ku dan aku berangkat menjemputnya. Malam itu kira-kira pukul 20:30 WIB, ku lihat dia duduk sendiri sambil menangis, aku mendekat dan menghampirinya, ”Sayang …!!!”panggil ku. Dia pun menoleh danlangsung memelukku. ”Sabar sayang, kita lewati semua besam-sama, Aku sayang banget  ma mimi”. Ku coba tenangkan hatinya. Sambil menangis dia katakan “Bawa aku pergi dari sini pipi. Aku sudah gak kuat dengan sikap orang tua ku, Bawa aku pipi.”
            Ku kumpulkan semua keberanianku , ku tenangkan pikiran ku sesaat. ”Apa mimi mau menikah dengan ku ?Apa mimi tak akan menyesal hidup denganku ?”, air mata menetes pun di wajah kami berdua. Ku peluk erat tubuhnya, tak akan ku lepaskan lagi, dalam hati ku bertanya “Tuhan, begitu berat cobaan Mu pada cinta kami, jika memang ini jadi pilihan terakhir dan ini adalah jalan terbaik dari MU, mudahkanlah semua perjalanan cinta kami Tuhan… Amin…”, Ku genggam tangannya, kubawa dia pergi meninggalkan kota ini. Akhirnya kami sampai di terminal dan naik travel tujuan “Panyabungan”. Hatiku tenang sesaat di dalam mobil, dia terus menggam tanganku. ”Kemana kita pipi?”. Tanya nya . ”Pipi juga gak tau sayang, yang penting kita harus keluar dari kota ini”. Jawabku “sayang aku ma pipi…”. ”Aku juga sayang ma mimi, sabar yah mi, semua ini pasti akan berakhir, kita akan hidup bahagia sayang ”. Ku hapus air matanya yang menetes . ”Terlalu besar  perjuangan kita demi kebahagiaan itu ….,jangan mengeluh sayang semua ini ujian dari Tuhan, kita hadapi semua ini”, sekilas ku lihat wajahnya tersenyum. ”kan…mata mimi bengkak, udah yach…jangan nangis lagi, jelek klo mimi lagi nangis ”, Aku berusaha membuatnya tersenyum kembali.
            Singkat cerita , kami pun sampai di sebuah terminal di Panyabungan “kita mau kemana lagi pi?”, tanyanya kembali. Aku hanya diam tak mampu ku berkata apa-apa. Karena aku juga tak tau kemana lagi akan ku langkahkan kaki ini , tapi apa pun yang terjadi, aku akan menjaganya, di satu sisi aku benar-benar khawatir sesuatu menimpa kami. Malam itu pukul 23:30 WIB sudah larut malam dan  tak tahu arah tujuan, kami harus berjalan semakin jauh meninggalkan terminal. Tak ada orang  tempat untuk bertanya. Malam ini sunyi mencekam, terus ku genggam erat tangannya agar ia tahuaku disini akan menjaganya. Tiba-tiba  di ujung jalan sekelompok pemuda sedang berkumpul, dalam hatiku merasa takut apa yang akan menimpa kami. Ku beranikan diri mendekati para pemuda itu dengan wajah yang penuh iba dan rasa merendahkan diri ku kepada mereka. Aku pun bertanya pada mereka “Bang … Terminal ALS di mana yach bang ??”, salah seorang pemuda menjawab “Oh….. itu masih jauh dari sini, Adek tunggu di situ saja, biasanya ALS lewat dari sana…”. ”makasih banyak bang”,  Jawabku. Ternyata mereka pemuda-pemuda yang baik, tak seperti cara mereka berpakaian seperti preman. Malam itu dalam kegelisahan ku rangkul pundak kekasih ku. ”Dingin yah sayang…?”, ku lihat dia menggigil di terpa angin malam. Betapa kasihan aku melihatnya aku tak ingin dia sakit, segera ku cari warung dan ku belikan minyak angin agar dia bisa merasa hangat.
            Tak lama kemudian di ujung sana terlihat Pom bensin yang di katakan para pemuda tadi, dengan perasaan senang kami berlari menuju Pom bensin itu dan menuju toilet, untuk cuci muka, semua terasa segar dan terasa tenang setelah cuci muka. Kami pun duduk di trotoar menunggu mobil ALS lewat, sekian lama kami menunggu, akhirnya dari kejauhan terlihat mobil itu datang. ”Alhamdulillah, terima kasih Tuhan ”, ku stop mobil itu dan kami pun naik ke dalam mobil . ”Istirahat mimi yach sayang, kasihan istriku capek jalannya …hehehe…” sambil ngeledek dia. ”Sayang mimi ma pipi”, kata-kata tulus yang keluar dari mulutnya, membuat aku semakin kuat menjalani semua ini. Tak lama kemudian dia pun tertidur di pangkuanku. Ku belai rambutnya, ku hapus air mata yang masih menetes di sudut matanya dan aku bersyukur dalam hatiku “Betapa beruntung aku memiliki dia”. ” Dingin pipi…” dengan manja dia mengatakannya, terkadang sifatnya yang manja membuat aku bahagia dan terus berusaha untuk memanjakannya, ”Iya sayang “, segera ku peluk tubuhnya, ku dekap dia dengan penuh kasih sayang. ”Bobo lagi yach sayang, nanti kalau udah nyampe pipi bangunin ”. Ku biarkan dia terlelap dalam tidurnya tak sedetik pun ku pejamkan mata ku, terus ku pandangi wajahnya yang cantik dan tak pernah ku bayangkan sejauh ini kami melangkah.
            Hanya karena tak ada restu dari kedua orang tua kami, itu semata karena perbedaan agama di antara kami, perbedaan yang tak bisa mereka terima, sejauh ini kami perjuangkan cinta itu, berharap kebahagiaan itu menanti kami “ Udah di mana pi? Masih lama nyampe nya?  ”, ku lihat dia terbangun. ”Iya sayang masih 2 jam lagi ”,  jawab ku. ” Dingin banget pipi…” katanya. Ku lihat dia menggigil. ”Minyak kayu putihnya mana sayang?”, tanyaku. Ku cari dalam tas dan akhirnya ku temukan, segera ku oleskan di tangannya, ku oles di keningnya, Badanya terasa panas. ”Mimi kayaknya mau sakit  ”, ku pijat kepalanya, tangannya, mungkin dia lelah saat kami berjalan kaki di Panyabungan tadi. “ Kasihan dia”, dalam hatiku berkata.
            Tiba-tiba mobil berhenti di sebuah rumah makan, ” Lapar gak sayang? Mau pipi belikan makanan? ”, tanyaku. ” gak usah sayang simpan uangnya kita gak bawa uang banyak, besok pagi aja di beliin makan, Mimi gak lapar kok sayang ”.  Jawabannya membuat aku bangga, saat keadaan susah seperti ini dia mengajari ku bagaimana cara mempergunakan uang dengan baik, memang saat itu kami tidak bawa uang banyak, mungkin pas-pasan buat ongkos sama makana 3 hari saja.
            “ Pipi turun bentar yach sayang mimi tunggu di sini aja,  pipi beli minuman bentar ”. Aku pun turun dari mobil kemudian ku belikan teh manis di tambah 2 potong roti, mungkin ini cukup buat mengganjal perut sampai pagi, “aku harus mempergunakan uang ini sebaik mungkin” dalam hati ku berkata. Aku pun langsung naik ke atas mobil. ”Mimi minum dulu teh nya, nih pipi beliin roti”
“iya sayang, pipi juga makan ya…”, sambil di suapinya aku makan sepotong roti. ”Dalam hatiku merasa pedih ,Tuhan… betapa pahitnya kehidupan yang harus kami jalani ini “. Tak ku lepas pandangan ku dari wajahnya . ”Makan lagi pipi, kok malah ngelamun…, buka mulutnya …”, Aku kaget. Tak lama kemudian mobil pun berangkat, kami melanjutkan perjalanan. ” Bobo lagi yach sayang, sini pipi peluk biar gak dingin “, kataku. Di rebahkannya kepalanya di pundak ku. Dan ku lihat dia terlelap dalam tidurnya. Aku tak bisa tidur dalam keadaan seperti ini, selalu terlintas banyak hal di pikiranku. ”Apa yang akan terjadi di depan sana? Bagaimana nasib kami? beri kami kekuatan Tuhan”. Sekilas aku tersadar dari khayalkan ku. Dan ku lihat tujuan kami sudah dekat hanya beberapa ratus meter lagi kami akan sampai. Aku membawanya ke sebuah kampung kecil di kabupaten Pasaman Timur, Provinsi Sumatera Barat. Dengan lembut ku elus pipinya. ”Bangun sayang … kita hampir sampai …”, ku lihat wajahnya yang lelah membuat aku tak kuasa menahan air mata ini, menetes di pipi ku. ”Kenapa nangis pipi sayang? percaya ma mimi yach!! mimi akan selalu ada buat pipi , nanti klo pipi mau berangkat kerja , mimi siapin sarapan, klo kita udah punya anak baru kita pulang, mereka (orangtua kami ) pasti bisa menerima kita , kalau mereka udah melihat cucu mereka”, kata-kata itu keluar dari mulutnya. Sekilas aku membayangkan kebahagiaan itu .
            Akhirnya kami pun sampai di tempat tujuan, kira-kira pukul 03.50 WIB dini hari. ”Aku rada-rada lupa rumah bou ku yang mana yach?” tanyaku dalam hati. Sudah banyak perubahan di desa ini dan hampir 5 tahun aku tak datang ke sini. Akhirnya ku tanya rumah makan Padang yang ada di sekitar itu dan dia menunjuk satu rumah. ”yach… itu dia ...” dengan semangat ku ketuk pintu rumah, tak lama kemudian ada yang membuka pintu. ”Benar …dia bouku”, Ternyata aku tak salah rumah, 5 tahun tak pernah kesini ku lihat rambutnya sudah memutih, dia semakin terlihat tua, langsung ku salam tangan Bou ku, ku Tanya kabarnya, sembari kami di persilahkan masuk dan duduk .
            Beberapa menit kemudian amangboruku keluar dari kamar, dia duduk persis di samping ku, di rangkulnya pundak ku dan menanyakan maksud kedatangan kami ke rumahnya. Aku pun bercerita kepada mereka tentang perjalanan cintaku dengan Chika, yang terhalang sebuah perbedaan yaitu perbedaan agama. Mereka pun kaget kalau Chika ternyata bukan muslim, tapi mereka bisa menerima semua keadaan kami.
            Tiba-tiba amangboruku bertanya kepada Chika “Apa kamu mau menikah dengan Shan ?”  Tanya amangboruku lagi ” Kalau memang kamu mau masuk Islam , biar besok kami nikahkan kalian?” Kulihat Chika menangis, air matanya bercucuran. Dan akhirnya dia pun menjawab pertanyaan yang di lontarkan kepadanya, jawaban yang begitu menyakitkan buat ku. Jawaban yang tak pernah ku duga. ”Gak mau aku nikah sama Shan, jangan masukkan kalian aku Islam, masih mau sekolah aku ”. Itu lah jawabannya, sontak hatiku terkejut mendengarnya, aku benar-benar kecewa padamu. Entah setan apa yang merasuki mu, entah apa yang ada di pikiran mu, mana janji mu yang ingin hidup bersamaku, untuk apa kita perjuangkan cinta ini sampai sejauh ini, untuk apa kita pergi dan meninggal kan Padangsidimpuan?. Jika semua harapanku kau patahkan, tak pernah ku sangka kau setega ini, kau hancurkan hidupku, kau buat aku malu di depan keluarga ku, kau tolak aku mentah-mentah. Aku benar-benar kecewa padamu. Aku hanya terdiam di sudut ruangan ini memikirkan bagaimana nasibku ke depan. Apa aku akan di tuntut orang tuanya? Aku hanya terdiam dan tak mampu memandang mu lagi, setengah jiwaku telah pergi meninggalkan ragaku.
            Aku pun tersadar dari pikiran ku yang melayang jauh ketika amangboruku menepuk pundakku dan berkata. ”Shan bagaimana kami mau menikahkan kalian, jika wanita yang kamu bawa ini menolak menikah dengan mu”. Tak sanggup ku berkata-kata lagi. Hidupku sudah hancur. Dia yang ku cinta yang ada di hadapanku telah menghancurkan hidupku.
            Sesekali ku tatap dia yang menangis di hadapan ku, ku coba tegar menghadapi semua inidan ku coba untuk  mengikhlaskan dan menerima keputusannya. Hatiku pun terasa damai . ”Aku tunggu kamu 1 tahun lagi sayang, aku tunggu kamu sampai tamat sekolah”. Tak kuasa ku menahan air mata ini, betapa sedihnya perjuanganku untuk mendapatkan mu. Lalu bou ku pun berkata. ”Jika itu keputusan kalian, besok biar bou antar Chika pulang ke Sidimpuan kalian istirahat dulu pasti kalian capek setelah perjalanan jauh”. Aku pun berbaring di kursi ruang tamu, ku suruh Chika masuk ke dalam kamar .
            Dalam kesendirian ku dimalam itu. Aku terus menatapi nasibku, tak habis pikir dengan sikap mu yang menolakku, ternyata cinta mu tak sebesar yang aku miliki. Cinta mu hanya di bibir saja, tak ada pembuktian. Tapi sudahlah tak ada yang perlu di sesali ,..toch…. orang yang ku perjuangkan tidak peduli dengan pengorbananku, tak ada gunanya lagi untuk memperjuangkan cinta ini, dalam hatiku ku berdoa “Pulanglah sayang, gapai semua cita-cita mu , lanjutkan sekolahmu, Jika kita memang jodoh suatu saat Tuhan menyatuhkan kita”. Aku tertidur lelap malam itu.
Keesokan harinya, Chika membangunkan aku, saat kubuka mata ku, kulihat dia menangis di hadapan ku dan berkata.“Aku sayang kamu pipi, maafkan aku, tunggu aku pipi sampai tamat sekolah, aku benar-benar belum siap menikah, maafkan aku pipi karna telah mengecewakanmu.”.
            Dengan kebesaran hatiku ku peluk kekasihku yang paling aku sayangi. ”Iya sayang baik-baik sekolahnya yah, gapai semua impianmu, buat orang tua mu bangga, maafkan aku yang hadir dalam kehidupan mu, Tak pernah ku sesali mengenal mimi. Aku sayang padamu, semua ku korbankan demi cinta kita, dan tak akan pernah ku sesali semua ini.”
            Mungkin ini terakhir kali aku memeluknya sebelum ku lepas kepergiannya. Jam 10 pagi dia pun pulang ke Sidimpuan di temani Bou ku, sedangkan aku tetap tinggal di Panti Terakhir kali ku tatap dirinya yang melambaikan tangan ke padaku. ”Selamat jalan sayang, ku tunggu kamu sampai tamat sekolah”. Mobil pun melaju dan aku tinggal bersama bayangan mu di desa kecil ini, mengingat semua kenangan kita yang berujung kesedihan, ku langkahkan kaki ku menuju kamar tidur dan menangis sepuasnya. Ku tangisi kepergianmu, ku tangisi kisah cinta yang menyedihkan ini , hingga ku lelah dan tak ada air mata lagi yang menetes di pipi ku .
            Apa yang harus kulakukan di desa ini? Dalam hati ku terus bertanya, aku benar-benar tak berani pulang ke Sidimpuan, karena polisi sudah mencari-cari ku. Semua benar-benar tak pernah ku bayangkan, jika hidupku berakhir di balik jeruji besi karena mambawa kabur putri orang. Betapa bodohnya aku, hidup ku hancur dan aku benar-benar terpuruk.
            Ternyata semua yang ku bayangkan menjadi kenyataan, orang tuanya menuntut ku dan aku benar-benar jadi buronan polisi, betapa depresinya jiwaku , ingin ku akhiri hidupku hari itu juga, tapi malaikat di sampingku mengingatkan ku, semua pasti ada jalan keluarnya dan semua itu harus ku lalui. Keesokan harinya aku terkejut melihat kedatangan orang tua ku. Aku langsung bersujud di kakinya memohon maaf dan menciumi kakinya. Mungkin saat itu orang tua ku belum bisa memafkanku, berkali-kali papa menginjakku, menendang ku sekuat-kuatnya, tapi tangan ku masih kuat menggenggam dan mencium kakinya , hingga ku tak sanggup lagi menahan, saat kakinya  menginjak kepala ku, tak kuasa ku menahannya, di hadapan semua orang -orang yang ramai datang melihat kejadian itu, aku terkapar dan mungkin papa puas melihatku tak berdaya.
            Tiba-tiba setan itu berbisik di telinga ku, ”Untuk apa aku hidup lagi, kekasih ku telah meninggalkan aku, orang tua ku tak mau memafkan aku ”. Ku coba bangkit dengan sekuat tenaga aku berlari ke dapur untuk mengambil pisau, tapi sayang saat itu tak ada pisau yang  kutemukan yang ada hanya botol -botol kecap dan sirup di atas meja.
            Tanpa ragu ke hempaskan botol- botol itu ke kepala ku , satu, dua ,tiga botol pecah di kepalaku, darah bercucuran di kepala ku, aku sadar semua terasa gelap. Hingga ku lihat papa menangis memelukku. ”Mungkin ini cara ku agar papa mau memaaf kan ku”. Saat ku buka mata ku ku lihat orang-orang ramai di sekeliling ku, mungkin aku terlahir kembali dengan jiwa yang baru, ku lihat papa ku menangis di sampingku, aku pun berfikir, ”Betapa bodoh nya diriku”, aku meminta maaf pada papa, karna hanya dia yang ku miliki.
            Akhirnya papa berjanji akan membantu menyelesaikan masalah ku, 2 minggu kemudian semua masalah selesai dengan cara kekeluargaan, kini tak ada beban lagi dalam hidupku, papa pun menyuruhku agar aku segera pulang. Ku kemas semua barang-barang ku dan aku pulang menuju Sidimpuan.
            Kini ku sadari tak perlu lagi aku memperjuangkan mu, aku terjebak dalam permainan mu, ternyata yang kamu inginkan hanya materi. Aku salah terlalu mencintaimu, aku bodoh memperjuangkan cinta ini. Sementara kau hanya santai-santai menikmati materi yang kau dapat dari kami. ”Semoga bahagia sayang, aku akan melupakan mu, jangan pernah salahkan aku di masa depan mu, semoga kisah ini menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi ku. Tak pernah ku sangka kau setega ini, kini biarlah ku lewati hari- hari ku tanpa mu. Mungkin tak jodoh, inilah yang harus ku ikhlaskan, sampai kapan pun kau akan selalu ada dalam hatiku, karena ku yakin seorang pria baik seperti aku akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari kamu.”
*** Selesai***

Posting Komentar

0 Komentar